TLii|ACEH|ACEH UTARA – Mukaddimah Bismillahirrahmanirahim, Alhamdulillah sangat menarik materi yang disampaikan oleh Mbak Sri Wahyuningsih S.Ag dari Sekolah Air Hujan Banyu Bening Yogyakarta dengan judul paparan Air Hujan untuk Keberlangsungan Hidup pada kegiatan Short Course Certified of Environmental Management Leadership (C.EML) Batch 3 Dengan Tema Swasembada Energi dan Pangan Yang Berkelanjutan serta Ramah Lingkungan pada hari Sabtu, tanggal 24 Desember 2024.
Sebelum masuk kepada pembahasan, ada baiknya kami sadur narasi mengani isi makalah ini, seperti kita ketahui Bersama air merupakan salah satu kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi untuk mendukung kehidupan manusia. Namun, ketersediaan air bersih semakin menjadi tantangan akibat perubahan iklim, urbanisasi, dan eksploitasi sumber daya air yang tidak berkelanjutan. Salah satu solusi untuk mengatasi tantangan ini adalah dengan mengimplementasikan sistem instalasi pengolahan air hujan (SIPAJAN). SIPAJAN ini dapat menyediakan sumber air alternatif yang berkelanjutan sekaligus membantu mengurangi dampak banjir di daerah perkotaan.
Kabupaten Aceh Utara, dengan karakteristik geografis yang beragam dan populasi yang terus bertumbuh, menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sumber daya air. Permasalahan seperti keterbatasan akses air bersih, perubahan iklim, dan urbanisasi menjadi semakin nyata. Implementasi SIPAJAN menjadi salah satu solusi yang ideal dan fungsional untuk mengatasi permasalahan ini. Namun, keberhasilan penerapan sistem ini perlu ditinjau dari aspek teknis, sosial, ekonomi, dan lingkungan. Allahumma shalli alaa Muhammadin ‘abdika warasulika nabiyyil ummi wa’alaa aalihii wa sallim.
Kondisi di Kabupaten Aceh Utara
Aceh Utara memiliki curah hujan tahunan yang relatif tinggi, berkisar antara 1.500 hingga 3.000 mm per tahun. Kondisi ini memberikan potensi besar untuk memanfaatkan air hujan sebagai sumber air alternatif. Sebagian besar wilayahnya terdiri dari daerah perbukitan (Nisam, Nisam Antara), pesisir (Seunuddon, Samudera, Baktiya), dan perkotaan (Lhoksukon dan Panton Labu), yang masing-masing memiliki kebutuhan air berbeda. Di sisi lain, beberapa daerah di kabupaten ini masih kesulitan mendapatkan akses air bersih yang layak, terutama pada musim kemarau.
Prinsip Dasar Sistem Pengolahan Air Hujan
SIPAJAN bekerja dengan cara mengumpulkan, menyimpan, dan mengolah air hujan agar dapat dimanfaatkan kembali. Tahapan utama dalam sistem ini, antara lain:
Pertama, harus adanya lokasi pengumpulan air hujan, air hujan dikumpulkan melalui atap bangunan atau permukaan lain yang memungkinkan. Saluran pipa diarahkan ke tangki penampungan yang dirancang untuk menampung air hujan secara efisien.
Tahap kedua, untuk penyaringan awal, sebelum masuk ke tangki utama, air hujan melewati penyaring awal untuk menghilangkan kotoran seperti dedaunan, pasir, dan partikel lainnya.
Pada tahap penyimpanan, air yang sudah disaring disimpan dalam tangki atau wadah khusus yang dilengkapi dengan sistem anti kontaminasi seperti penutup rapat dan pengaturan ventilasi.
Tahap terakhir, pengolahan lanjutan, untuk memastikan air hujan layak digunakan, pengolahan lanjutan diperlukan. Teknologi seperti penyaringan mikro, ultrafiltrasi, atau desinfeksi dengan sinar Ulta Violet (UV) atau klorin dapat diterapkan untuk memastikan kualitas air sesuai standar kesehatan.
Keidealan Implementasi Sistem Pengolahan Air Hujan
Idealnya untuk implementasi sistem ini, adanya ketersediaan sumber daya, disini tingginya curah hujan di Aceh Utara menjadikan SIPAJAN sebagai solusi yang realistis. Dengan sistem yang dirancang baik, air hujan dapat dimanfaatkan untuk keperluan domestik rumah tangga, irigasi, maupun industri kecil dan UMKM.
Kedua, adanya adaptasi terhadap perubahan iklim, notabenenya SIPAJAN ini berfungsi sebagai langkah adaptif dalam menghadapi dampak perubahan iklim, seperti penurunan debit sungai dan meningkatnya risiko banjir. Sistem ini membantu mengurangi limpasan air hujan yang dapat menyebabkan genangan di wilayah perkotaan.
Ketiga, sebagai pendukung infrastruktur air bersih, dalam konteks Kabupaten Aceh Utara, SIPAJAN ini dapat menjadi pelengkap bagi infrastruktur air bersih yang sudah ada. Misalnya, misalnya Perusahaan Umum Daerah Air Minum (PERUMDA) Tirta Pase dapat memanfaatkan teknologi ini untuk meningkatkan kapasitas layanan mereka, untuk wilayah-wilayah yang belum terjangkau.
Fungsionalitas dalam Konteks Aceh Utara
Aspek fungsionalitas juga sangat penting untuk dibahas, karena untuk pemanfaatan Rumah Tangga, air hujan yang diolah dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti mencuci, mandi, dan menyiram tanaman. Ini sangat penting di daerah gampong (pedesaan) yang minim akses terhadap jaringan air bersih.
Selanjutnya penggunaan di bidang pertanian dan perikanan, sebagai daerah agraris, Aceh Utara sangat membutuhkan pasokan air untuk pertanian. SIPAJAN dapat menyediakan air tambahan untuk irigasi, terutama di musim kemarau, walaupun kondisi saat ini telah selesai dibangunnya waduk keuretoe.
Aspek terkahir, dukungan untuk industri local, Industri kecil dan menengah (IKM) di Aceh Utara, seperti pengolahan hasil laut dan makanan, dapat menggunakan air olahan untuk kegiatan produksi yang tidak memerlukan air dengan kualitas tinggi.
Manfaat Implementasi Sistem Pengolahan Air Hujan
SIPAJAN ini sendiri diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada sumber air tanah (sungai atau sumur bor), dengan pemanfaatan air hujan dapat mengurangi eksploitasi air tanah yang berlebihan, sehingga membantu menjaga keseimbangan ekosistem. Manfaat kedua, dapat mengatasi risiko kekurangan air bersih, SIPAJAN ini menyediakan sumber air alternatif, khususnya di daerah yang sering mengalami kekeringan atau minim akses ke air bersih.
Ketiga, manfaatnya dapat mengurangi risiko banjir seperti Kota Lhoksukon, dan Sebagian besar Kabupaten Aceh Utara wilayah tengah dan timur, dengan menangkap dan menyimpan air hujan, SIPAJAN ini membantu mengurangi limpasan air hujan yang dapat menyebabkan banjir di kawasan perkotaan. Manfaat lainya terjadinya efisiensi biaya, dalam jangka panjang, pemanfaatan air hujan dapat mengurangi biaya pembelian air bersih dari penyedia layanan publik.
Manfaat yang terakhir yang dapat kami rangkum adalah SIPAJAN ini sangat ramah lingkungan, sistem ini mendukung prinsip keberlanjutan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam secara bijak.
Tantangan dan Solusi
Beberapa tantangan yang mungkin dihadapi dalam implementasi SIPAJAN ini , terutama biaya awal yang tinggi, biaya SIPAJAN bisa menjadi kendala, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Solusinya adalah melalui subsidi pemerintah atau program tanggung jawab sosial lingkungan (TJSL) dari perusahaan-perusahaan serta diberikan insentif pemerintah, seperti subsidi atau pengurangan pajak bagi masyarakat atau perusahaan yang menerapkan SIPAJAN ini.
Kedua, adanya kualitas air yang tidak konsisten, hal ini dimungkinkan pemeliharaan yang tidak memadai dapat menyebabkan penurunan efisiensi sistem. Pemerintah Kabupaten atau lembaga terkait perlu menyediakan panduan teknis dan bantuan untuk memastikan keberlanjutan SIPAJAN ini. Solusinya yang dapat diterpkan dengan menggunakan teknologi pengolahan lanjutan untuk memastikan air memenuhi standar yang diperlukan.
Ketiga, kurangnya kesadaran masyarakat, masih rendahnya pemahaman masyarakat tentang manfaat pengolahan air hujan dapat menghambat adopsi teknologi ini. Sosialisasi edukasi dan pelatihan teknis perlu dilakukan secara berkala tentang manfaat dan pentingnya SIPAJAN.
Kesimpulan
Implementasi SIPAJAN merupakan langkah strategis untuk mengatasi permasalahan air bersih di masa depan. Selain memberikan solusi atas tantangan ketersediaan air, sistem ini juga mendukung upaya pelestarian lingkungan dan pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan. Dengan dukungan dari pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, sistem ini dapat menjadi bagian penting dari strategi adaptasi terhadap perubahan iklim dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Implementasi SIPAJAN di Kabupaten Aceh Utara merupakan langkah yang ideal dan fungsional untuk menjawab tantangan ketersediaan air bersih. Dengan dukungan curah hujan yang tinggi, kebutuhan masyarakat yang beragam, serta potensi dampak positif terhadap lingkungan dan ekonomi, sistem ini memiliki peluang besar untuk sukses. Namun, keberhasilannya memerlukan perencanaan matang, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, serta komitmen untuk menjaga keberlanjutan sistem. Sistem ini bukan hanya solusi untuk saat ini, tetapi juga investasi penting untuk masa depan yang lebih baik di Aceh Utara.
Tepat seperti biasa sebelum diakhiri, kami titip 2 pantun, semoga berguna bagi kita semua.
Hujan turun membasahi bumi
Air mengalir membawa berkah
Aceh Utara jaga harmoni
Air bersih milik Bersama menjadi amanah
Pohon rimbun tempat berteduh
Hujan reda langit cerah
Masyarakat bersatu dalam sejuk teduh
Air hujan jadi sumber berkah
Wallahul muwaffiq ila aqwamit-thariiq, billahi fii sabililhaq fastabiqul khairat
Samudera Pase, Aceh Utara, 30 Desember 2024/ 29 Jumadil Akhir 1446 H
*Adhifatra Agussalim, CIP, CIAPA, CASP, CPAM
Praktisi Internal Auditor dan media, aktif sebagai pemerhati lingkungan hidup, berkiprah sebagai Sekretaris DPW Sekber Wartawan Indonesia (SWI) Provinsi Aceh, telah memiliki Certified Audit SMK3 Professional (CASP), Certified Professional Audit Manager (CPAM), Certified Internal Auditor Professional Advance (CIAPA), Certified Ilmu Philosophy (CIP), Sertifikat Kompetensi UKW Wartawan Muda dan juga tergabung sebagai Member of The Institute of Internal Auditors (IIA) Indonesia, Associate member Institute of Compliance Professional Indonesia (ICOPI), Member of Indonesia Risk Management Professional Association (IRMAPA) dan aktif dibeberapa komunitas penulis seperti Rumah Produktif Indonesia (RPI) dan juga Komuniti Penulis Secawan Kopi Selangor Darul Ehsan, Malaysia, serta Bengkel Narasi Dili, Timor Leste.
Oleh : Adhifatra Agussalim.(sin).