Foto aktifitas sehari-hari nelayan tradisional menjaring ikan (sumber foto: kibrispdr website gambar)
TIMELINES INEWS | LANGSA
Kota Langsa – Beredar sebuah pesan rekaman suara dari seorang nelayan asal aceh yang diteruskan melalui pesan WhatsApp mewakili keprihatinan warga pesisir yang mencari nafkah sebagai nelayan.
Rekaman suara yang berdurasi 1 menit 3 detik berisikan sapa dan salam yang disampaikan kepada Cut Lem (panggilan kepada orang yang dituakan) dan menyampaikan keluh kesahnya hidup sehari-hari sebagai seorang nelayan.
Ia menceritakan bahwa sampai dengan hari ini, tidak ada lagi seorangpun yang mau membela nasib nelayan Aceh, padahal setiap dari hasil melaut yang mereka bawa semua masyarakat Aceh ikut menikmatinya.
Maraknya kapal dari luar Aceh bahkan dari luar negeri sekalipun mengeruk hasil laut Aceh menggunakan pukat katrol dan pukat harimau, ini merupakan sebuah tindakan dzalim kepada nelayan lokal yang masih mengandalkan jaring tradisional, jelasnya.
Selanjutnya ia menyapa Anggota DPR, Gubernur, Bupati, dan Walikota yang tidak pernah terberitakan melalui media untuk membela nasib kami para nelayan, “mungkin nanti dikemudian hari, ingatlah kami ini nelayan masyarakat di pesisir, kami saat ini sudah sangat lelah didzalimi”, tegasnya.
Dari perbatasan Kabupaten Aceh Tamiang, hingga Kabupaten Aceh Utara, lepas laut Jambo Aye berjajar kapal pukat harimau, berasal dari Belawan, Tanjung Balai dan bahkan ada juga dari Thailand, lanjutnya memetakan area operasi kapal pukat harimau di laut lepas Pesisir Timur Aceh.
“Begitu dzalimnya mereka, hingga kami nelayan, masyarakat pesisir hari ini kelaparan akibat berkurangnya hasil melaut,” ucapnya.
Atas ke dzaliman ini, tidak ada seorangpun yang bersuara apalagi bertindak untuk menertibkan baik itu Kapolres, Dandim, bahkan Kapolda dan Pangdam jangan tutup mata, Pukat Harimau telah berkeliaran, kami masyarakat Aceh sudah kelaparan khususnya di wilayah pesisir, pungkasnya.