CERPEN: Misi Cemburu

STENLLY LADEE

- Redaksi

Sabtu, 16 Maret 2024 - 01:14 WIB

20185 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

TLii|CERPEN-Seperti anak SMA yang baru lulus pada umumnya pasti rata-rata sudah mulai merencanakan tempat untuk melanjutkan sekolah misalnya dengan berbagai pilihan seperti ke perguruan tinggi atau langsung mencari pekerjaan.

Namun berbeda halnya dengan saya, kalau semua teman saya pada rencanain untuk melanjut kepergruan tinggi, namun saya lebih memili untuk mengikuti tes sebuah seleksi TNI atau tentara republik indonesia, itu pun saya lakukan dengan melawan rasa keinginan saya untuk suka berkulia di perguruan tinggi karena sebua alasan tertentu.

Tidak tau kenapa pada hari itu saya sempat betemu dengan teman saya yang kebetulan baru saja pulang dari pendidikan di Sulawesi Utara yakni di Manado Sana. Abu pangilan akrapnya.

“Ten apa kabar” Pangil Abu saat dirinya menemui saya di satu lapangan di kampung saya.

“Baik bro” shut saya semangat.

“ten kau mau melanjut di mana” tanya Abu.

“kayanya saya belum tau ni, tapi yang pasti saya mau kulia.” Jawab saya.

“gini ten kalau menurut saya postur badan kamu oke juga,” kata Abu.

“maksutnya,” sahut saya dengan heran.

“Kamu tu ruggi jika Cuma kulia, kamu cocoknya ikutin jejak saya” kata abu dengan tegas.

“maksut kamu saya ikut masuk tentara seperti kamu, gitu ?.  jawab saya.

“iya ten, kalau kamu masuk tentara kamu bisa cepat kerja sedangkan jika kamu kulia masih butuh empat tahun, itupun belum tentu kamu dapat kerja” kata abu.

Setelah pertemuan saya dengan Abu hati itu, rupanya saya cukup tergoda untuk mengikuti jejaknya ikut tes militer di Manado. Bagaiman tidak saya tidak tergoda hanya dengan waktu yang singkat mengikuti tes yakni tiga bulan, saya sudah bisa punya gaji dan status sosial di masyarakat. Dibanding dengan melanjutkan niat saya untuk kulia di perguruan tinggi Negeri yang butuh waktu bertahun tahun utuk mendapatkan gelar sarjana dan belum pasti, menurut saya waktu itu.

Selain dengan perbandingan waktu yang cukup singkat untuk segera berkarir dan punya penghasilan di umur saya yang masih terbilang mudah, namun saya tergerak pula dengan dorongan ingin kembali memikat cinta pertama saya dengan penampilan militer yang gagah.

Maklumlah pikiran anak mudah yang ceroboh demi cinta. Pikiran saya pada saat itu, berangkat dari rasa kekesalan saya pada pacar yang saya sayangi untuk membuktikan pada dirinyakalau saya bisa memenangkan kembali hatinya.



Singkat cerita, hari mengikuti tes pun saya ikuti satu persatu, mulai dari tes parade hingga sampai pada tes pisikologi, tes ini lebih condong penilaiannya pada tes dan uji karakter serta IQ. Namun pad tes inilah yang saya gagal, pada hal tinggal dua langkah lagi saya sudah bisa jadi anggota militer indonesia.

Dengan alasan itdak lulus uji tes pisikologilah saya berniat untuk pulang kembali ke Poso. Di tanah Sintuwu Maroso atau poso, saya malahan melampiaskan rasa kekecewaan saya akibat kegagalan saya. Bagaimana tidak saya kecewa, selama di mengikuti tes saya banyak menghabiskan uang belasan juta rupia, hanya untuk kepengurusan berkasku untuk mengikuti tes.

 BAB 2

Misi Pengitaian Dimulai

Hari makin hari saya pun saudah dua minggu di kampung, satu minggu sebelumnya diri saya makin terkontrol, setelah dua minggu saya makin ngga karuan, bagaimana tidak tiap malam saya pulang dengan keadaan mabuk alkohol. Cuma cara ini yang bisa saya lakukan mengobati rasa kesal saya.

Hari itu suda mau dekat bulan desember saya pun memutuskan untuk pergi ke kota dimana mantan pacar saya berada, karena dia masih SMA kelas tiga. Selain demi mengobati rasa rindu saya pun butuh suasan yang baru demi mengobati rasa kesal saya.

Pada sore hari, saya pun saat itu ingin mulai tujuan misi saya, dengan beralasn lewat di depan rumahnya tanpa harus sepengetahuan dia. Hari itu saya lebih berpenampilan tertutup dengan memakai masker dengan motor yang tidak sering saya pakai, kepala sayapun ditupi dengan helem standar dengan harapan saat saya lewat di depan rumahnya, dia tidak akan mengenalik.

Sebenarnya saya mau ketemu secara lansung dengan dia tapi karena hubungan kami yang belum juga membaik jadi misi saya untuk melihat dia, saya lakukan dengan diam diam tanpa meberi informasi padanya, kalau saya sedang berada di kotanya.

Penguntaian saya pun mulai brjalan, rupanya dia tidak menganal saya. Walaupun dia sedang asik bermain dengan adiknya,  diberanda depan rumahnya,pengintaian saya pun sudah berlangsung tiga jam dari warung bakso yang tidak jau dari rumanya.

Dengan pandangan kurang lebih 30 meter dari warung bakso ke rumanya, saya mengamati terus, apa yang hendak dilakukannya setiap saat, walaupun kadang-kadang dia masuk kedalam rumah,sehingga menggagu momen pengobat rasa rindu saya.

Sekali-kali saya saya melihatnya sibuk dengan telepon genggamnya, seperti terus menerima pesan singkat atau sms, hal ini membuat bertanya-tanya, persaan saya saat itu sudah menebak kalau dia sedang mengesemes pacar barunya, tapi saya tetap optimis dengan misi saya kali ini akan berhasil.

Melihat saya yang sibuk tersenyum sendiri dengan menatapi terus ke arah rumah mantan saya, mas tukang baso bertanya pada saya.

“mas, mas, mas, woiii maaaaaaas”…!!! panggil abang tukang baso sambil melambai-lambaikan tanganya di depan mata saya.

“iya, iya, iya mas, kekekekenapa, adaaa appppa mas” kaget saya menjawab abang tukang baso.

“mas emangnya kenapa kamu dari tadi, aku perhatikan senyum-senyum terus liatin rumah yang di seberang sana,”. Tanya mas tukang bakso.

“ ngga mas aku ni lagi liatin mantan pacar aku dari jau” sahut saya.

“emang yang manamantan pacar kamu,” tanya abang tukang baso.

“yang diseberang jalan sana mas, yang ada toko besar di depanya” jawab saya.

“ohh yang itu, itu kan salah satu pelanggan setia aku disini” kata mas tukang baso.

“mas kenal juga sama Dinda” tanta saya.

“ow jelas kenal dong, dia itu kan, biasanya suka nongkrong dengan teman-temannya di warung saya ini”. Kata abang tukang baso.

“terus bang temanya cewek semua atau ada juga cowok” tanya saya.

“biasanya mereka datang itu, ada lima orang, tiga cewek dan dua cowok,” jawab abang tukang baso.

“ow kaya gitu yah mas, tapi kalau yang cowonya yang dua itu, ada ngga yang dekatnya seperti orang pacaran sama Dinda”..???. tanya saya

“ada mas, tapi sama cowok yang satunya, yang orang tinggi, aga kurus gitu mas” jawab abang tukang baso.

“emangnya cowok itu pake motor apa mas” tanya saya sudah mulai kuatir.

“pokoknya cowok itu pake motor susuki satria Fu warna biru, yang sering juga jemput dia di rumah ke sekolah, tiap pagi,”. Jelas abang tukang baso.

Mendengar penjelasan abang tukang bakso pun, saya langsung cepat-cepat menghabiskan minuman saya dan langsung pergi. Selain kesal dengan informasi yang saya dapat dari mas tukang baso, hari itu sudah mau mendekati fajar mau terbenam, sekitar pukul 17: 24 tau jam lima lewat. Saya harus segera pulang di kos teman saya, mandi.

Malam pun datang saya tidak mau jatu terlalu dalam dengan luka yang makin besar, belum lagi di tambah kegagalan saya saat mengikuti tes di manado kemarin. Saya pun saat itu makin hancur dan tak terkendali.

Melihat keaadaan saya yang sepertinya orang yang identik dekat sekali dengan masalah-masalah, pada saat itu. Teman saya Faruk, merasa kasihan dengan mengajak saya jalan cari hiburan di dalam kota.

Tidak tau kenapa, Faruk pun mendapatkan ide untuk membantu saya melupakan sejenak permaslahan itu. Dia mengajak saya untuk membeli minuman beraalkohol dengan rencana kami akan menghabiskannya di FDP (festifal danau poso) di sekitar pantai pesisir pantai FDP lah kami berdua dan satu teman sekolah Faruk, menghabiskan gelas demi gelas menghabiskan sisa yang pahit berharap dan ahirnya bisa kulupakan masalah yang sedang melandaku saat itu.

Malam pun makin larut, saat itu waktu sudah mulai menunjukan pukul 01:00 dini hari. Dengan tidak sengaja pria yang mengendarai motor susuki Fu warna biru melintasi belakang kami dengan motornya, saya melihatnya sedikit tidak terlalu jelas, karena saaat itu lampu merkuri di pantai FDP hanya redup, ditamba lagi say sedang mabuk berat.

“Seprtinya saya kenal cewek yang diboncengi pria itu”

“ciri-cirinya menyerupai Dinda, jangan-jangan”. Kata dalam hati saya

Saya tamba yakin kalau itu adalah Dinda, karena postur tubunya pas dengan penampilan Dinda, penasaran jika hanya saya menerka-nerka jika itu adalah  Dinda. Saya pun meminta tolong pada Faruk untuk membututi pria yang kuduga adalah pacar Dinda.

“Ruk tolong deh, kamu buntutin pria motor Fu warna biru tadi yang barusan lewat di belakang kita” kata saya pada Faruk.

“emangnya kenapa Ten”??? tanya faruk.

“pria yang mengendarai motor Fu warna biru tadi sepertinya sudah dia cowo barunya Dinda sekarang,terus dia tadi itu kalu saya ngga sala liat dia lagi boncengi Dinda, udah larut malam lagi” jawab saya dengan kuatir.

“oh iya Ten, akan segera saya pastikan” jawab faruk sambil bergegas menhidupkan motornya.

Menunggu Faruk pergi membututi mereka, saya pun terus menunggu di pantai FDP bersama teman sekolah Faruk, Edit namanya.

“Ten emenagya kenapa dengan cowok motor Fu tadi”,???? Tanya Edit pada saya.

“ngga, saya Cuma mintol sama Faruk pastikan, kalau cowok motor Fu tadi lagi boncengin Dinda atau tidak”, sahut saya.

“oww kaya gitu, tapi Ten Dinda itu Siapa”??? tanya Edit.

“jadi gini Di, saya tu kesini, Cuma mau ketemu sama Dinda terus Dinda itu mantan pacar aku pas aku masi SMA, tapi karena hubungan kami yang belum kunjung juga baik, jadi saya lebih menghindari ketemu langsung dengan Dinda,” gitu Dit. Jelas saya pada Edit

“ohh gitu yah Ten,”. Sahut Edit.

Setelah bebrapa menit, Faruk pun sampai menghampiri kami, dengan suasana orang yang menggigil, maklumlah di kota yang cuacanya memang dingin terus di tamba lagi saat itu, sudah hampir mau jam tiga pagi.

Baca Juga :  MIMPI MENJADI NYATA

“gimana Ruk,” tanya saya.

“emmm gimana yah Ten. Eehh iya, pokok iya kamu tidak salah” jelas Faruk.”

“Maksut kamu ruk, apa”??. Tanya saya dengan binggung.

“gini Ten benar cowok tadi emang benar, dia itu pacarnya dinda sekarang. Aku tadi buntuti mereka sampe ke rumanya Dinda” jelas Faruk.

Mendengar info dari Faruk saya makin terpukul, walaupun saat itu saya lagi mabuk berat, tapi rasanya masih seperti orang sadar karena kabar dari Faruk.

Hari pun makin terang, sepertinya matahari udah kebelat mau keluar dari timur, tandanya kami harus pulang ke kos, karena hari itu, hari minggu jadi faruk tidak ke sekolah.

BAB 3                                        

Muve On

 Sekarang saya sudah satu minggu di kotanya Dinda, meskipun sudah selama itu tapi saya pun belum berani manampakan diri ketemu dengan Dinda, maklum persoalan waktu kami mau putus cukup rumit sehingga dampaknya hinga sampai sekarang kami pun belum punya hubungan yang baik, padahal dulunya kami itu seperti Romeo dan Juliet yang saling menyayangi meskipun tiap minggunya saling mencurigai dengan alasan takut kehilangan.

Seperti pria pada umumnya rasa sayang pada orang yang mereka cintai tak terpatas dan tak terukur dengan apapun itu, meskipun dibanding-bandingakan dengan tujukeajaiban dunia itupun belum bisa tertandingi. sehingga hal tersebut menamai rasa sayang saya apada Dinda cukup terbilang Edan, padahal Dinda itu permpuan yang sederhana dan polos serta suka pada hal-hal yang yang baru menurutnya, dia juga tegas dan penceria.

Selain itu dinda tidak muda memaafkan, jikalaupun dia orang yang pemaaf tidak mungkin sudah sampai saat ini kamu belum kunjung berdamai.

Demi menjaga diriku terkontrol serta tidak terpengaruh dengan masalah pribadi yang sedang melandaku saat itu, saya pun memutuskan mencari pelampisan, tapi kali ini sudah bukan alkohol medianya untuk pelempiasan tapi melainkan saya harus meredam sedikit rasa sakit ini dengan menemukan cinta yang baru.

“Iya, saya harus punya komitmen untuk mendapatkan pengganti Dinda” kata dalam hati saya.

Walupun sulit menggantikan Dinda namun harus kulakukan, sekarang waktunya utuk Muve On mecari cinta yang baru.

Di hari itu pun saya sudah berniat untuk mencari pacar baru, lumayanlah postur tubuh yang tinggi, badan kekar serta wajah yang ngga jelek-jelek amat bisa di bilang ganteng menurut surfei bebrapa teman permpuan saya yang sempat masih ku ingat.

Dengan modal itulah saya mau cari pacar baru, Faruk  turut Mendunkung dengan niat saya untuk Muve On, Dia pun mulai mencarikan saya pacar, walaupun saat itu, faruk menawarkan pada saya teman-teman seusianya yag duduk di bangku sekolah SMK kelas dua, namun saya menolaknya dengan alasan saya mau cewek yang sementara kulia biar sedikit dewasa.

“Ruk kayanya saya tu uda kapok sama yang namanya anak SMA, apa lagi seumuran kamu lagi” jelas saya pada faruk.

“jadi mau kamu yang udah kulia gitu?, oke Ten kalau Cuma teman saya yang udah kulia ada satu teman saya cewek, pas cewek itu lagi jomlo sekarang” tawar faruk pada saya.

“jadi kapan dong kamu kenalin cewek itu sama saya”. Tanya saya sama Faruk.

“Sebentar malam deh kita ke Kosnya, sepulang saya dari kerjakan tugas kelompok.

Malam pun datang, saya dan faruk sudah mulai bergegas ke kos  cewek teman Faruk, kebetulan kos cewek itu tidak jau dari kos Faruk sekarang hany saja bersebrangan sungai, maklum kota yang kami sedang tempati ini dibela oleh danau Poso yang indah.

“tok,tok,tok,tok,” bunyi pintu oleh Faruk.

“selamat malam, Elis, Elis, Elis, Elis,” pnggil faruk sambil mengetok pintu.

Pintupun terbuka Elis teman Faruk itu pun mempersilakan kami berdua masuk ke dalam kosnya yang cukup besar, bagaiman tidak didalamnya ada dua kamar dan ruang tamu serta dapaur.

“Lis apa kabar” tanya faruk.

“baik Ruk, kamu tu uda berapa minggu ini udah ngga perna jalan ke sini, tuh pacar kamu Merry nanyain-nanyain terus kamu” jelas Elis pada faruk, kabarin tentang adiknya Merry.

“oh yah Lis ni teman aku kenalin, namanya Stenlly tapi panggil akrapnya Eten” kata faruk kenakan saa pada Elis.

“oh iya kenalin nama saya Elis, panggil aja Elis” jelas Elis sambil berjabatangan denngan saya,

“iyah nama saya Stenlly kamu boleh panggil saya Eten” sahut saya sambil mersakan tangan yang mungil serta dingin itu.

Stelah pekernalan itu, diantarai jarak tiga hari saya pun mulai meberanikan diri untuk menembak Elis, lumayan buat pelampiasan sakit hati dari Dinda, saya tau saya sudah salah karena menembak Elis hanya untuk pelampiasan tapi apa boleh buat, saya harus lakukan itu demi pisikologis saya.

Sebenarnya Elis awalnya menolak, tapi tidak tau kenapa mungkin karena saya hanya menembak Elis lewat via SMS jadi elis awanya menolak namun dengan uraian kata-kata yang mungkin bisa melulukan hati Elis, pada akirnya memutuskan untuk mencoba menerima tawaranku untuk menjadi pacarnku.

Kencan pertama kami lancar-lancar saja kencan hari kedua saya pun berniat mengajak Elis pada sore hari, dengan pura-pura lewat di depan rumah Dinda. Berharap saat saya lewat di depan rumah Dinda, Dinda pun meliahat saya dengan pacar baru saya dan akirnya dinda akan cemburu.

Dengan trik itu, saya yakin Dinda akan merasa Cemburu dan rasa sakit saya sedikit terobati akibat kejadian malam itu di pantai FDP. Saya akui cara saya ini sedikit tidak adil untuk Elis.

Berlahan pun saya dan Elis mendekati rumah Dinda, saya pada saat itu mengendarai motor metik saya dengan berboncengan dengan Elis. Saat kami pas sejajar dengan rumah Dinda rupanya dinda tida ada di rumah, motor matik Dinda tidak ada di depan rumanya, saya pun suda berfikir misi saya kali ini gagal.

“aduh celaka misi saya kayanya kali ini gagal, Dinda ngga ada di rumanya lagi”

“tapi motor metik Dinda tida ada tadi di depan rumahya, mungkin saja Dinda lagi keluar”

“iyah dinda lagi keluar, tapi kemana yah”?? terus kata dalam hati saya tanpa mengiraukan Elis yang sedang asik bercerita dengan saya di atas motor.

Sejau seratus meter lebih kami telah melewati rumah Dinda, Elis pun meminta pada saya untuk membelokan motor ke ara pasar dengan, tujuan Elis mau berbelanja sayur dan lauk untuk dirinya masak di kos nati untuk kami makan malam nanti.

Saya pun mendengarkan pinta Elis, saat kami hendak memasuki pintu gerbang pasar dengan pelan-pelan, maklum pada saat itu jalan masuk ke pasar lagi berlubang lubang dan berkerikil jadi kami harus pelan. Secara kebutulan kami saat itu berlawanan arah dengan Dinda yang sudah mau keluar dari pasar sedangkan kami berdua baru saja mau masuk kedalam pasar.

Dinda pun melihat saya dan Elis, dengan pelan-pelan mengendarai motor metik coklatnya dan tatapan yang melotot pada saya seperti orang yang keheranan, bagaiman tidak Dinda taunya saya sedang berada di Manado sekarang, tapi kali ini dirinya malah melihat saya ada di Kotanya tanpa sepengetahuan dia.

Stelah kejadian itu, saya ukup merasa puas dan sekalian legah dengan harap, rasa cemburu saya pada malam itu sudah sedikit terobati,

Kini sudah hampir satu minggu saya jadian dengan Elis, karena pada saat itu minggu ke tiga di bulan deseber sudah mau mendekati tanggal 25 december, ditamba lagi Elis sudah mengikuti final semester  jadi elis memutuskan untuk pulang kekotanya Natalan disana,kota elis tidak jau tapi hanya betetangga dengan ibu kota kabupaten kami, mebutuhkan waktu sepuluh jam perjalanan ke sana.

Dinda saat itu menurut kabar dari temannya perempuan yang sering jalan dengan dia, katanya Dinda sudah pergi berlibur di rumah neneknya yakni di kampung yang hanya berantara dua kampung saja dengan kampung tempat saya tinggal, kabar itu saya pun mempercayainya karena status pada akun facebooknya yang mengunggah foto tempat wisata yang tidak berjauhan dengan kampung neneknya.

Faruk juga pada saat itu sudah mau pulang berlibur di kampungnya karena dirinya sudah menerima Raport Sekolah, tandanya saya juga harus pulang kekampung, ditamba lagi ibu saya sudah menelpon untuk pulang Natalan di sana, karena tradisi kami yang berkeyakinan Kristen pada tanggal 25 desember hingga tahun baru kami harus berkumpul bersama keluarga baik yang ada di rantau harus pulang berkumpuldengan keluarga.

BAB 4

Pulang kampung

Hari itu hari, hari senin hari pertama saya di kampung sejak saya menolakan kaki dari kotanya Dinda, mendengar saya sudah ada di kampung, teman baik saya sejak taman kanak-kanak Ato namanya datang ke rumah, menemui saya.

“Selamat Pagi, Selamat Pagi,” teriak Ato.

“Selamat pagi” jawab ibu saya,

“mari masuk Ato” kata Ibu saya.

“Bu, Eten mana yah”??  tanya Ato

Kebisaan buruk saya, pada saat itu saya masih saja tidur, pada hal saat itu sudah menunjukan pukul sembilan pagi.

“sten, sten, sten, sten, bangun Nak..!! ini temanmu Ato nyariin kamu,” panggil ibu saya sambil bangunin saya.

Karena Ato adalah salah satu Best My Frend jadi saya cepat-cepat bergegas bagun dari ranjang langsung ke kamar mandi dan menemui Ato.

“gimana bale kabar” pangil Ato, saat saya masih mengusap-ngusapkan handuk di belakang kepala saya. (Pangilan BALE adalah pangilan kata ganti teman laki-laki untuk kaum suku Pamona Poso)

“ baik baik bale, saya dengar kamu lanjutin kulia ke makasar yah” tanya say pada ato.

“iya bro, say lanjutin kulia di maksar” jawab Ato.

“terus kamu ambil juran apa To, di Makasar,”??? tanya saya.

“ saya ambil S1 Hukum, kamu gimana tes di Manado kemarin Bro” tanya Ato.

Baca Juga :  Senja yang telah sirna

“ yah gitulah kawan, saya musti sabar lagi dulu, saya gagal bro” jawab saya sambil menguatkan hati.

“ngga apa-apa bro, kamu kan masih muda, kamu bisa lanjutin kulia lagi” kata Ato

“ iya sih, saya rencananya tahun ajaran baru tahun depan mau lanjutin kulia, gimana kamu di makasar seru ngga,??” tanya saya.

“ seru juga di sana saya dapat banyak teman baru” jelas Ato.

Pada pertemuan itu pulah saya menceritakan sakit hati saya pada Ato, kalau Dinda sudah punya pacar baru, dan Ato pun seperti biasa terus memotifasi saya.

Tahun baru pun tinggal menghitung hari, hanya menghabiskan dua hari lagi tahun baru pun tiba, hari itu Ato datang lagi ke rumah saya tapi kali ini Ato menawarkan pada saya ajakan pergi berwisata.

Menengar ajakan Ato yang kebutulan tempat wisatanya terletak di ujung kampung Dinda sekarang berlibur, saya pun tanp pikir panjang saya mau ikut ajakan Ato.

Saat itu kami empat robongan Motor, semuanya kami satu Kampung, pada saat itu pula Ato genap usia delapan belas tahun, jadi selain pergi berwisata kami berempat pula pergi merayakan Ulta Ato,

Geri, Ono Ato dan saya saat itu yang bersamaan pergi berwisata, hamparan danau yang hijau dan membiru serta pasir yang kuning keputihan serat gunung yang menghijau menjadi alasan kuat kami hendak berwisata disana.

Sesampai di tempat Tujuan, Ono malah berbalik arah pergi menjemput Valis pacarnya yang kebetulan pacar Valis salah satu teman baik Dinda bagaiman tidak Valis satu kampung dengan nenek Dinda.

Kami pun merayakan ulang tahun Ato dengan meria, ditamba lagi Ato  mebawa bebrapa botolyakni minuman botol beralkohol dan makanan ringan yang sengaja sudah dirinya pesan sebelumnya, sat itu hanya Ano yang mempunyai pasangan sedangkan kami bertiga saya Geri dan Ato hanya sibuk mengahabiskan minuman botol.

Kali itu saya sempat berharap kalau dewi fortuna sedang memihak pada saya, bagaiman tidak Dinda mengesemes Valis untuk menjemput dia di rumah nenenya  untuk ikut gabung dengan kami di pantai, tanpa basa basi Valis menunjuk saya untuk pergi menjemput temannya Dinda.

“Ten kayannya mantan kamu mau ikut nongkrong di sini deh, bareng kita” kata Valis sambil nunjukin Sms Dinda pada saya.

“ ohh yah, kalau gitu cepat bilang sama dinda cepat kemari” kata saya.

“ngga bisa Ten, dia ngga punya kendaaraan mau ke sini, dia minta satu orang pergi jemput dia di rumah neneknya sekrang, oyah Ten gimana kalau kamu yang jemput Dinda sekarang”kata Valis.

“ Ide bagus itu!!” seruh saya kegirangan sambil memegang kunci motor, mau ancang-ancang pergi.

BAB 5.

Kawan Jadi Lawan      

   Mendengar pinta Valis, saya pun langsung begegas meninggalkan mereka, pergi menjemput Dinda. Meskipun tempat parkir motor cukup terbilang jau dan butuh tenaga yang ekstra untuk sapai, bagaiman tidak untuk sampai di pantai kami harus menuruni ratusan anak tangga.

Saya pun berlari, anak tangga demi anak tangga ku lewati naik sambil berlari tanpa pikir saya bisa saja tergelincir di jurang yang hampir dalam itu. Semangat saya cukup menggebuh-gebuh, hanya karena alasan saya akan segera bertemu Dinda.

Sesampainya saya pada tempat parkiran motor, kulangsung bergegas ke tempat tujuanku, di tengah jalan bunyi telepon genggamku pun berbunyi, demi menjaga keslamatanku, saya pun berhenti sejenak mangankat panggilan masuk itu.

Rupanya itu Dinda yang menelpon, dengan sedikit rasa gugup saya pun mengankat tlepon dari Dinda.

“Halo,”.. kata saya sambil menempelkan handpone pada telinga kanan saya.

“Halo..!! Eten ini??, tanya Dinda.

“iya saya ini, udah di jalan mau pergi jemput kamu,” jelas saya dengan sesekali menarik nafas yang cukup panjang dan mengelurkannya pada mulut.

“Eten, cepat yah aku tunggu kamu di rumah nenek aku dekat lapangan bola voli,” kata Dinda dengan suara manjanya.

Stelah menutup telponya, saya pun melanjutkan perjalanan, hingga saya pun sampai di depan rumah nenek Dinda, dan sambil mengelurakan Handpone dari saku celana sebela kiriku, untuk mengesemes Dinda keluar dari rumah.

Hanya berdurasi beberapa menit saja, Dinda pun keluar dengan penampilan yang cukup unik menurut saya, karena aku belum pernah sebelumnya melihat Dinda dengan penampilannya yang sekarang.

“dinda ternyata tidak banyak berubah dia masih secantik  dulu” kata dalam hati saya sambil memberikan senyuman pada Dinda yang sedang berjalan mendekatiku.

“Ten ayo kita pergi” kata Dinda saat sudah naik dibelakangku.

“ohh iya Din,” jawab saya dengan Gugub sambil menghidupkan Motor.

Meninggalkan satu kilo meter lebih rumah nenek Dinda, saya baru berani melemparkan pertanyaan pada Dinda.

“Dinda, kamu apa Kabar” tanya saya sambil mengendarai motor.

“aku Baik” jawab Dinda sambil sibuk dengan Hanponenya, seperti orang yang sibuk menerima pesan singkat dan memabalasnya.

Saat itu, besar dugaan saya kalau Dinda sedang sibuk mengesemes pacarnya.

“mungkin Dinda lagi sibuk terima Sms dari pacarnya, malah senyum-senyum sendiri lagi” kata dalam hati saya sesekali mencuri melihat wajanya lewat kaca spion motor.

Tanpa sadarpun, kami telah tiba di tempat wisata tujuan kami.

“Din yuk kita sama-sama turun ke bawah” ajak saya.

“oh iya Ten” sahut dinda dengan sedikit cuek.

Seampainya kami berdua di pantai, pacar Ono, Valis dengan kencang memanggil Dinda.

“Dinda cepat kesini gabung” teriak Valis.

“iya Val!!!!” jawab Dinda dengan cepat bergegas tanpa menghiraukan saya yang berjalan di belakangnya.

Hari itu, meskipun Dinda sudah berada di depan saya bersama dengan teman-teman. Namaun saya saja masih merasa sedih tercampur gugub. Mungkin ini karena respon Dinda yang kurang baik terhadap saya, tebak dalam hati saya.

Waktupun menunjukan pukul 15:00 sore hari, demi mengurangi kurang nyaman saya, saat itu kumemutuskan untuk segera pulang, karena saya suda tidak tahan meliahat tingka Dinda yang sow cuek pada saya.

Saat saya berpamitan pada Ato, Ono dan Geri serta Dinda dan Valis. Geri malahan ikut pamitan, alasanya dia mau cepat pulang juga. Saya dan Geri pun bergegas pergi, Ono dan pacarnya Valis, serta Ato dan dinda masih terus diam di pinggir panta.

Anak tangga demi anak tangga pun kami lewati hingga sampailah saya dan Geri di tempat parkir motor, sebnarnya stelah tiba di atas tempat parkir motor, saya langsung menghidupkan motor utuk pergi namun Geri menahan saya untuk cepat-cepat pergi dengan alasan dirinya ingin memberitahu saya sesuatu.

Memang sebelum Geri mengatakan sesuatu pada saya, aku sudah mersakan apa yang hendak ia katakan padA saya, namun dengan menjaga rasa hormat ku pad sahabat saya itu, yang juga adalah sepupu saya.

Saya pun mendengarkan apa yang hendak ia katakan, sebelum Geri mengatakan itu geri malahn meminta maaf pada saya,

“Ten, jangan pergi dulu deh, ada yang musti aku omongin sama kamu” kata Geri.

“iya ada apa kawan,”??? pura-pura saya penasaran.

“gini loh Ten, kamu yang sabar yah” kata Geri.

Mendengar ucapan maaf Geri di awal katanya, “sudah ku duga ini yang akan Geri katakan terjadi”kata dalam hati saya.

“Iya Ger, kamu mau ngomong apa sih” kata saya pura-pura bodo.

“dari tadi kamu perhatikan ngga sih?? Gerak gerik Ato dan Dinda” kata Geri.

“ngga emangnya kenapa Ger,”??? pura-pura saya menanyai balik Geri.

“Ten gini semenjak kamu pergi jemput Dinda tadi, Ato lagi sibuk ngesemesan amah Dinda, terus parahnya lagi Ono tawarin Ato untuk tembak Dinda, Ten” kat Geri

“sudah kuduga, sudah kuduga,kan??? Yah mau di apa lagi Ger mungkin mereka udah bermesraan di bawa sana” kata saya sedikit mengeluarkan air mata yang hagat. \\\\\\\ nekst

Kejadian ini, banyak meruba karakterku, saya musti akui saya tidak bisa salakan Dinda atau Ato sahabat dari kecil, sekarang nyatanya menusuk saya dari blakang.

Kejadian hari itu berdampak pada hubungan akrap saya pada Ato, dan semenjak hari itu pulah saya dan Ato tidak pernah nongkrong sama-sama lagi, walaupun dampaknya hanya sampai satu minggu lebih dan kami akrap kembali.

Satu minggu pun berlalu stelah kejadian itu, tida tau kenapa hari itu telpon genggam saya berbunyi dengan tulisan Ato memnggil, saya pun mengankat telponya.

“Halo iya Ato ada apa” bicara saya saat mengangkat telpon ato.

Dengan sedikit kaget, saya mendengar suara Dinda yang berbicara, rupanya Ato lagi menyambungkan telponya ke Dinda Pula.

“ka Ten, kamu dimana” sapa Dinda dengan akrap.

“saya laagi di rumah, kenapa”?? tanya saya.

“ngga, ka Ten besok ada waktu ngga, antarin aku pulang” kata Dinda

“ Ato kan ada kenapa musti saya yang antarin kamu” kata saya pada dinda dengan sedikit jutek.

Ato pun sudah ikut bicara, mungkin karena dirinya mendengar namanya disebut.

“gini Ten, aku ngga bisa antarin Dinda besok, aku udah musti harus pulang ke makasar besok pagi, gimana kalau kamu yang antarin Dinda, lagi pula kamu ngga sibuk-sibuk amat, gimana Ten” jelas Ato.

“iya ka Ten, Bisa Kan”??, tanya Dinda.

Sebenarnya aku mau menolak, tawaran minta tolong Dinda, tapi karena Rasa sayangku lebih dominan dibanding rasa Beciku saat itu. Jadi saya ngga punya cukup alasan untuk menolak tawaran tersebut.

Keesokan harinya pun tiba saya harus cepat begegas pergi menjemput Dinda di rumah Neneknya.

“Selamat Pagi, Selamat Pagi, permisi,” seruh saya denmgan sopan, dari pagar depan rumah nenek Dinda.

“slamat pagi, mari masuk nak” seru Nenek Dinda.

“Oh iya Nek,” sahut saya.

“Dinda lagi mandi, tunggu sedikit yah” kata Neneknya.

Rupanya nenek Dinda sudah tau tujuan saya datang ke rumahnya, kata dalam hati saya.tidak lama kemudian Dinda pun kemudian keluar dari kamar dengan penampilan siap untuk berangkat dengan dua tas besar dan satu tas pegangannya.

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Kisah di Perbatasan: Serabi Lempit di Warung Gelap
CERPEN : Ikrar setelah tsunami Aceh 26 Desember 2004 ( Kisah nyata )
SENGKUNI: SIMBOL LICIK DAN TIPU DAYA DALAM EPOS MAHABHARATA
HMI Ajak Masyarakat Gunakan Hak Pilih dan Ciptakan Kondisi Damai di Kota Subulussalam.
Polres Tanjungbalai pastikan pengamanan kantor KPU Dalam keadaan aman dan Baik
Antisipasi barang selundupan, sat polairud polres Tanjungbalai periksa kapal tanpa nama masuk perairan tanjungbalai
MIMPI MENJADI NYATA
IMPIAN BINAR

Berita Terkait

Kamis, 9 Januari 2025 - 17:27 WIB

5 Ton Paket Sembako Bansos Menteri Imipas Kepada Keluarga WBP Dan Masyarakat Sekitar Di Salurkan Lapas Kls IIA Pancur Batu

Kamis, 9 Januari 2025 - 15:48 WIB

Gudang logistik KPU tetap dijaga polres Tanjungbalai 24 jam setiap hari

Kamis, 9 Januari 2025 - 14:33 WIB

Pemenuhan Hak Beribadah, Lapas Kelas I Medan Gelar Ibadah Bersama Warga Binaan

Kamis, 9 Januari 2025 - 13:56 WIB

Polsek Medan Timur Gencarkan Sambang ke Satpam untuk Jaga Kamtibmas

Kamis, 9 Januari 2025 - 13:47 WIB

Polsek Medan Timur Gelar Patroli Dialogis dan Sosialisasi Kamtibmas

Kamis, 9 Januari 2025 - 13:11 WIB

Lapas Padangsidimpuan Terima Kunjungan Perwakilan BRI Cabang Padangsidimpuan

Kamis, 9 Januari 2025 - 12:17 WIB

Warga Binaan Lapas Kelas I Medan Berkontribusi pada Ketahanan Pangan Melalui Program Akselerasi Inovatif

Kamis, 9 Januari 2025 - 11:58 WIB

Dengan Mediasi,Polsek Siantar Barat Selesaikan Perkara Pencurian

Berita Terbaru