TIMELINES INEWS>> Lebak – Usianya memang sudah tidak muda lagi, uban pun telah menghiasi kepalanya. Namun, diusianya yang menjelang senja, Pak Yani, masih terus harus bekerja mencari nafkah untuk keluarga. Menjadi tukang becak, itulah aktivitas yang dijalani ayah empat anak ini, demi untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.
Pria yang sehari-harinya mangkal di Jalan Sunan Kalijaga, atau tepatnya didekat pintu keluar Pasar Rangkasbitung ini, dengan setia menunggu calon penumpang yang akan menggunakan jasa becaknya.
Jarum jam telah menunjukan pukul 11.00 WIB, suasana pasar Rangkasbitung pada Jum’at siang itu cukup panas. Belum ada satupun penumpang yang berhasil diantarnya. Disela percakapan kami, Pak Yani menuturkan, ia terpaksa bekerja sebagai tukang becak, karena pendidikannya yang rendah.
“Kalau saya sekolahnya tinggi,mungkin saya tidak jadi tukang becak, karena keadaan, saya terpaksa bertahan dengan pekerjaan ini,” ujarnya.
Sudah lebih dari 20 tahun Pak Yani bekerja mengayuh becak. Diakuinya penghasilan sebagai tukang becak jauh dari kata cukup untuk kebutuhan sehari-hari keluarganya.
“Kadang dapat Rp30 ribu sehari, kadang Rp2.000, kadang gak dapet sama sekali,” ujarnya.
Selain untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, pendapatan kakek satu cucu ini juga masih harus disisihkan untuk setoran becak, dan membayar kontrakan. Ya, hingga kini Pak Yani belum bisa memiliki becak sendiri.
“Setoran sehari Rp5 ribu. Belum lagi untuk sekolahnya anak-anak, ya dicukup-cukupinlah,” katanya lirih.
Meskipun sedang berpuasa, Pak Yani tetap menjalankan pekerjaan sebagai tukang becak. Panasnya cuaca dan puasa, tidak memengaruhi ia untuk tetap mencari rezeki.
“Sudah biasa, jalani saja,” ujarnya.
Diusia senjanya, Pak Yani tetap menjalankan profesinya sebagai tukang becak, disela percakapan kami terselip doa dan harapan Pak Yani agar anak-anaknya kelak dapat terus menyelesaikan sekolah, dan mendapatkan pekerjaan yang layak.