TIMELINES,INEWS
Oleh: Heni Kurniawati Smansa Simba
Angin berhembus menerbangkan anak rambut seorang gadis yang sedang duduk termenung di depan toko keripik miliknya yang terlihat sepi pada sore itu. Entah apa yang ia pikirkan hingga tak terasa senja pun sudah menampakkan keindahannya. Lama dalam lamunannya hingga ia tersadar karena kehadiran adiknya yang mengejutkannya.
“Dorrr. Hayoo… kak Lina ngapain ngelamun terus,udah mau malem loh kak. Awas nanti kesambet”. Luna mengagetkan kakaknya dengan muka tanpa dosa.
“Aishh,kamu ngagetin kakak aja Lun”ucap kakaknya itu.
“Lagian setan mana yang mau ngerasukin kakak,orang setannya aja takut sama kakak”. Terlihat Lina menjawab dengan nada jengkel sembari mengelus-elus dadanya akibat keterkejutannya tadi.
“Kamu ngapain ke sini?. Bukannya jagain rumah malah ngelayap ke sini”. Tanya Lina ke adiknya.
“Oh iya,tadi bude Atik ke rumah mau nagih utang. Katanya akhir bulan ini udah harus di bayar kak. Guru aku pun bilang bulan ini aku harus bayar SPP kalau enggak nanti aku gak bisa ikut ujian. Aku juga mau beli sepatu baru kak, soalnya sepatu aku udah jelek kak. Jadinya aku kesini mau minta uang. Ada gak kak?”. Ucap Luna dengan ekspresi memelas.
“Kalau minta duit nya sekarang gak bisa Lun, toko lagi sepi. Pemasukan pun berkurang,nanti aja ya beli sepatu nya tunggu uang nya ke kumpul dulu. Pakai sepatu itu dulu aja yaa. Nanti kalau udah ada duit nya baru beli yang kamu mau”. Jelas Lina dengan nada yang lembut dan tersenyum simpul agar adik nya mengerti.
“Ihhh, aku tu malu kak kalau kayak gini terus,mau sampai kapann?. Kenapa gak di jual aja sih tokonya kan lumayan untuk bayar utang,sisanya bisa beli kebutuhan kita. Bahkan bude Atik nyaranin gitu loh kak”. Luna menjawab dengan nada yang tidak bersahabat.
“Luna tau gak kenapa kakak enggak mau ngejual toko ini? Karena toko ini peninggalan terakhir orang tua kita lun, ORANG TUA KITA. Banyak kenangan di toko ini, tau gak?”. Tidak sengaja Lina membentak adik nya.
Atmosfer diantara mereka berdua terlihat tidak baik-baik saja.Lina menatap Luna dengan tatapan yang datar, kemudian ia mengatur nafasnya untuk menenangkan diri. Tidak ada lagi percakapan diantara mereka setelah itu. Hening sekali, karena mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Hingga tiba-tiba datang seorang nenek tua yang kelaparan, ia meminta makan pada dua orang kakak beradik itu. Lina menyambut nenek itu dengan hangat sedangkan sebaliknya, Luna memandang nenek itu dengan pandangan tidak suka.
Lina pun memberi makanan dan minuman yang ia bawa dari rumah yang belum sempat ia konsumsi itu.
“Ini, nek makanan dan minumannya untuk nenek. Maaf ya nek cuma bisa ngasih ini ke nenek”. Lina tersenyum hangat pada nenek tersebut.
Nenek tersebut sangat terharu dengan perlakuan Lina.
“Tidak apa-apa,terima kasih banyak. Akhirnya nenek bisa makan hari ini. Semoga rezekinya lancar terus. Terima kasih sekali lagi, nenek permisi dulu”.ucap nenek itu.
Nenek tersebut pun lama kelamaan menghilang dari pandangan mereka.Luna yang melihat kejadian tadi hanya bisa mencebikkan bibir nya dan menatap sinis kakaknya.
“Kenapa kakak bantuin nenek tadi padahal kita juga lagi susah loh kak. Giliran tadi aku minta sepatu tadi gak di kasih”. Luna mengerucutkan bibirnya, merajuk kelihatannya.
“Gak apa-apa Lun,nanti di ganti sama yang lebih baik lagi. Kita itu harus baik sama orang walaupun kita lagi susah. Sabar dulu ya nanti kalau ada rezeki lebih kakak beliin. Kakak juga minta maaf soal tadi enggak sengaja ngebentak kamu. Yaudah kamu pulang duluan sana, kakak mau beres-beres toko dulu”. Ujar Lina Sambil mengelus-elus kepala adik tersayang nya itu. Luna mengangguk paham.
“Luna juga minta maaf udah bikin kakak kesel, Luna pamit pulang duluan ya kak”. Pamit Luna pada kakaknya
“Iya hati hati di jalan ya Lun”. Lina melambaikan tangan pada Luna. Setelah itu ia bersiap-siap untuk pulang ke rumah.
Keesokkan harinya seperti biasanya Lina menjaga tokonya dan menunggu pelanggan datang. Belum ada satupun pelanggan yang datang, jangankan untuk membeli hanya sekedar masuk saja tidak ada. Hanya ada angin yang berhembus keluar masuk ke dalam toko. Padahal matahari letaknya sudah di atas kepala. Lina menghela nafas dan ia hanya bisa melihat jalanan yang sepi.
“Hah, bahkan jalan pun terlihat sepi. Gimana nasib kami ke depannya ya?. Mana banyak banget yang harus di bayar. Apa aku jual aja toko ini. Tapi…, sayang banget kalau di jual,banyak kenangan di sini “. Monolog Lina sambil menatap foto keluarganya yang digantung di dinding, kemudian ia menyesap teh untuk menenangkannya setelah berperang dengan pikirannya sendiri
Tak terasa, suasana pun berganti menjadi sore hari. Kali ini Lina ingin pulang lebih cepat dari biasanya karena lelah menunggu pelanggan yg tak kunjung singgah ke tokonya. Rasanya ia hampir putus asa dan sangat lelah. Tetapi ia tidak boleh menyerah begitu saja masih banyak yang harus di perjuangkan. Saat hendak melangkahkan kakinya setelah ia mengunci tokonya, ia di kejutkan dengan kemunculan nenek yang ia tolong kemarin. Nenek tersebut membawa sebakul cumi-cumi.
“Cu,cumi-cumi ini untuk kamu, tolong terima ya. Anggap saja sebagai rasa terima kasih saya”. Nenek itu menyodorkan sebakul cumi-cumi ke Lina
“Ehh.., gak usah repot-repot nek, lagian kemaren saya ikhlas kok. Untuk nenek aja siapa tau nenek lebih butuh”. Ujar Lina terlihat tidak enak hati. Bukannya menolak pemberian nenek tersebut tapi siapa tau nenek tersebut lebih membutuhkan, pikir Lina
“Tidak apa-apa cu,saya masih punya banyak. Jadi tenang saja”. Akhirnya Lina pun menerima cumi-cumi pemberian nenek itu.
“Makasih banyak ya nek, harusnya gak perlu repot-repot kayak gini nek. Saya bayar aja ya nek cumi-cumi nya”. Nenek menanggapi dengan tersenyum tipis lalu ia pergi dari hadapan Lina begitu saja saat ia ingin mengambil dompetnya.
Lina kebingungan dengan kepergian nenek yang tiba-tiba. Tak ingin berlama-lama Ia pun pulang ke rumah. Dan sesampainya di rumah,Lina bingung mau di apakan cumi-cumi tersebut.
Hingaa… terbesit di pikiran untuk membuat keripik cumi. Setelah sekian lama ia berkutat di dapur sampai tercium aroma yang sangat mengundang selera hingga adiknya datang ke dapur dengan rasa penasaran apa yang sedang kakaknya buat itu.
“Wahhh, enak banget baunya, kakak lagi buat apaa?”.Tanya Luna dengan ekspresi penasaran nya.
“Oh ini kakak lagi buat keripik cumi,mau coba?”. Jawab Lina sambil menggoreng keripik cumi. Luna pun mencoba keripik cumi yang sudah matang.
“Hmmm, ini enakk bangett kak” Luna mengacungi jempol dan sampai-sampai mengambil lagi keripik cumi buatannya.Lina yang melihat tersebut sangat senang.
“Gimana kalau keripik cumi-cumi ini di tambahin ke varian keripik baru toko kita kak?”.Usul sang adik tersayang dengan mulut yang masih penuh.
“Ide yang bagus, tapi takutnya gak laku kayak keripik kita yang lain gimana lun?”. Khawatir Lina.
“Kita coba jualan online Sama offline aja kak, siapa tau ada yang beli. Nanti aku yang bagian yang memasarkan di online shop,kakak bagian di toko sama yang nganterin aja gimana?. Aku juga mau bawa ke sekolah siapa tau kan laku”. Saran si bungsu dengan penuh semangat.
“Ide yang bagus,tapi kamu enggak keberatan kan Lun?”. Si sulung bertanya pada bungsu.
“Enggak apa-apa kok kak,yang penting cuan hehehe”. Cengir luna
“Yaudah kalau begitu kita besok ke pasar siapin bahan-bahannya ya Lun, mumpung besok libur.”
Luna mengangguk dengan semangat 45 sembari berucap “okey dokey captain”.
Hari demi hari pun telah berlalu kini usaha Keripik Cumi mereka pun berjalan lancar dan terkenal, meski harus melalui berbagai macam rintangan dan suka duka kakak adik itu lalui. Berkat kerja keras mereka akhirnya hutang dan kebutuhan mereka sudah sangat terpenuhi dan mereka hidup dengan tentram.
Simpang Rimba 28 juli 2024.