Ikan Asin, Antara Tradisi dan Usaha Untuk Menopang Hidup Warga Pusong

Zul

- Redaksi

Rabu, 19 Februari 2025 - 19:40 WIB

20355 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Proses proses penjemuran oleh warga penggelut usaha ikan asin di gampong pusong (Foto ; Istimewa)

TIMELINES INEWS | LANGSA

Kota Langsa – Matahari baru meninggi, tapi panasnya sudah cukup membakar kulit. Di Gampong Pusong, Kecamatan Langsa Barat, aroma ikan rebus bercampur asap kayu bakar menyeruak ke udara, menusuk indra penciuman siapa saja yang datang.

Pulau kecil ini terpisah dari Kota Langsa. Untuk mencapainya, harus menumpang kapal nelayan atau kapal trip yang bergoyang mengikuti gelombang.

Setibanya di sana, pemandangan khas menyambut: deretan jaring besar dipenuhi ikan yang dijemur, pekerja yang mondar-mandir mengangkat ember, dan tungku-tungku besar yang terus menyala.

Di tengah kesibukan itu, seorang gadis belia tampak tak segan turun tangan. Nyak Puan Islami, atau akrab disapa Inyak, mengangkat ikan dari dandang besar dengan wajah lelah.

Nyak Puan Islami foto bersama Pengusaha Ikan Asin, Mustafa ( Suami dari Murni).

“Kerja di sini bukan soal kuat atau tidak, tapi harus tahan banting. Dari pagi, sampai pagi lagi,” katanya, sembari menyeka peluh di dahinya.

Baca Juga :  5 Anggota Ormas PKN Di Tangkap Tim Gabungan Polrestabes Medan Polda Sumut,Terkait Penyerangan Dan Di Temukan Sajam Hingga Senpi

Pekerjaan ini bukan sekadar rutinitas bagi warga Pusong, tapi soal bertahan hidup. Mustafa (52) dan istrinya, Munri (50), telah puluhan tahun menjalankan usaha ikan asin di sini.

Mereka bukan hanya menggantungkan nasib pada bisnis ini, tetapi juga memberi lapangan pekerjaan bagi ibu-ibu rumah tangga yang suaminya pergi melaut.

Tapi di balik usaha mereka, ada satu hal yang mengusik hati Inyak. Bukan Mustafa atau Munri yang mengatur pemasukan dan pengeluaran usaha, melainkan anak mereka, Musyaira (17).

“Ayah sama ibu nggak sekolah, jadi saya yang pegang uang,” kata Syaira, sambil sibuk mencatat angka di buku kas lusuhnya.

Di sudut pondok kayu, Syaira duduk membolak-balik catatan keuangan. Ia masih remaja, tapi sudah menanggung beban besar.

“Kalau nggak ada pencatatan, kami bisa rugi. Pernah dulu, uang habis begitu saja karena nggak dihitung baik-baik,” tuturnya.

Sementara Mustafa terus menumpuk kayu bakar ke dalam tungku, Munri mengaduk ikan dalam perebusan. Wajahnya terlihat lelah, tapi tangannya tetap cekatan.

Baca Juga :  Imam Cik di Kabupaten Simeulue Prov. Aceh Terima Hewan Kurban

“Harga garam naik terus, ikan juga nggak selalu ada. Kadang sudah susah payah kerja, untungnya cuma cukup buat makan,” keluhnya.

Di tengah keringat dan bau asin yang pekat, satu pertanyaan menggantung di benak: sampai kapan mereka harus bertahan sendiri?

Usaha yang diwariskan turun-temurun ini perlahan tergerus.

Tak ada modal tambahan, tak ada bantuan peralatan, bahkan infrastruktur pun minim. Jika hujan turun, jalanan berubah menjadi kubangan, memperlambat pengeringan ikan dan mengancam kualitas hasil produksi.

Inyak hanya bisa menghela napas. “Mereka butuh lebih dari sekadar janji. Kalau pemerintah peduli, harus ada akses modal, dukungan infrastruktur, dan pasar yang jelas. Kalau tidak, tradisi ini akan mati perlahan,” katanya.

Pusong bukan sekadar penghasil ikan asin. Ia adalah wajah ketahanan dan kerja keras yang berlumur keringat dan garam.

Namun, jika tak ada tangan yang membantu, kelak yang tersisa dari pulau ini hanyalah cerita tentang tempat yang pernah memberi rasa asin terbaik bagi dunia.

Facebook Comments Box

Berita Terkait

25 Mahasiswa dan 6 Dosen FDK UIN Ar-Raniry Ikuti KPM-PKM Kolaborasi Internasional di Malaysia
Satgas Yonif 112/DJ Kodam IM Bersama Masyarakat Bersihkan Material Longsor di Jalan Trans Papua Puncak Jaya. 
Sat Reskrim Polres Pematangsiantar Amankan Seorang Pelaku Penyalahgunaan Senpi
KRYD Hingga Subuh, Polres Pematangsiantar Amankan Empat Remaja Diduga Hendak Tawuran
Patroli Presisi Rutin, Strategi Humanis Polres Pidie Jaya Jaga Stabilitas Kamtibmas
Pisah Sambut Kapolsek Kutapanjang Dari Iptu Syamsuddin, S.H. kepada Iptu Darwandi “Pergi meninggalkan kenangan, datang membawa harapan”
Gebrakan Illiza Dinilai Mampu Bangkitkan Kembali Semangat Penegakan Syariat di Aceh
Tingkatkan Moralitas WBP, Lapas Pemuda Langkat Melaksanakan Komitmen Kerja Sama Bersama Yayasan Pelatihan Moralitas Budi Pekerti Bangsa Indonesia

Berita Terkait

Senin, 21 April 2025 - 00:55 WIB

25 Mahasiswa dan 6 Dosen FDK UIN Ar-Raniry Ikuti KPM-PKM Kolaborasi Internasional di Malaysia

Minggu, 20 April 2025 - 22:25 WIB

Satgas Yonif 112/DJ Kodam IM Bersama Masyarakat Bersihkan Material Longsor di Jalan Trans Papua Puncak Jaya. 

Minggu, 20 April 2025 - 19:00 WIB

Sat Reskrim Polres Pematangsiantar Amankan Seorang Pelaku Penyalahgunaan Senpi

Minggu, 20 April 2025 - 18:36 WIB

KRYD Hingga Subuh, Polres Pematangsiantar Amankan Empat Remaja Diduga Hendak Tawuran

Minggu, 20 April 2025 - 15:46 WIB

Patroli Presisi Rutin, Strategi Humanis Polres Pidie Jaya Jaga Stabilitas Kamtibmas

Sabtu, 19 April 2025 - 22:39 WIB

Gebrakan Illiza Dinilai Mampu Bangkitkan Kembali Semangat Penegakan Syariat di Aceh

Sabtu, 19 April 2025 - 21:01 WIB

Tingkatkan Moralitas WBP, Lapas Pemuda Langkat Melaksanakan Komitmen Kerja Sama Bersama Yayasan Pelatihan Moralitas Budi Pekerti Bangsa Indonesia

Sabtu, 19 April 2025 - 18:18 WIB

Diduga Abai Keselamatan Pekerja, Kepala UPT SDA BMBK Medan Barat Bungkam Soal Transparansi: ‘Mereka Hanya PHL’ — They Are Humans Too”

Berita Terbaru