TIMELINES INEWS>>Banda Aceh – Banyaknya paham menyimpang” masuk ke Aceh di luar Islam ahlussunnah wal jama’ah yang dianut mayoritas warga Aceh, sungguh memprihatinkan. Apalagi jika kekuasaan membuka pintu terhadap paham-paham tersebut. Sebagai orang Aceh, kita tentunya. harus terus berjuang untuk membendung paham dan aliran di luar dari ahlussunnah wal jama’ah.
“Kehadiran jejaring penganut paham wahabi di Aceh sangatlah berbahaya bagi persatuan dan kesatuan ummat islam. Bahkan jika jejaring wahabi tersebut berhasil mempengaruhi kekuasaan nantinya di Aceh, maka perkembangan wahabi di Aceh nantinya akan terbuka lebar. Hal ini sangat mengkhawatirkan kita sebagai masyarakat Aceh yang menganut paham Ahlussunnah wal jamaah,” ungkap Koordinator Forum Aceh Bersatu (FAB), Saiful Mulki kepada media, Senin 5 Agustus 2024.
Saiful menjelaskan, Ustadz Abdul Somad ( UAS) dalam tausiahnya mengatakan, umat Islam akan sangat sulit untuk mendekat ke Wahabi. “Dengan Wahabi kita (umat Islam) susah nak dekat sebab kata dia bid’ah tidak boleh dibagi, sedangkan Imam Syafi’i membagi bid’ah,” ucap UAS dalam sebuah dikutip dari kanal YouTube Tanya Ustadz Abdul Somad pada Senin, 20 Mei 2024.
Kata UAS dalam tausiyahnya, kalau perbuatan itu tidak pernah dibuat Nabi, tapi perbuatan itu baik tidak bercanggah dengan Al-Quran dan Sunnah, maka dia disebut bid’ah huda atau bid’ah mahmudah atau bid’ah hasanah. Akan tetapi kalau perbuatan itu tidak pernah dibuat nabi, bercanggah dan bertentangan dengan Al-Quran maka bisa dipastikan dengan bid’ah dholalah. Wahabi menyebut ada beberapa bid’ah seperti Maulid Nabi SAW, Nuzulul Quran, tahun baru hijriah, hingga berdzikir dan berdoa bersama pun disebut bid’ah.
Sementara itu, untuk di Aceh sebagai bumi Serambi Mekkah gerakan diam-diam wahabi terus bergerilya. Bahkan tidak menutup kemungkinan mulai menguat hingga ikut terlibat dalam percaturan pesta demokrasi.
“Kehadiran wahabi di bumi serambi mekkah sangat memprihatinkan. Apalagi jika jejaring penganut wahabi atau calon kepala daerah tersebut berafliasi dengan wahabi, maka akan mendorong pertumbuhan wahabi nantinya dibumi Aceh, bahayanya lagi bisa memecah belah ummat,”ujar Saiful Mulki.
Untuk itu, lanjut Siaful, ulama-ulama dan masyarakat Aceh yang sebagai pengikut Ahlussunnah waljamaah jangan tinggal diam. Hendaknya mengantisipasi perkembangan wahabi melalui jalur politik ini di bumi serambi mekkah.
“Apalagi, khabarnya di Banda Aceh disinyalir ada Bakal Calon walikota yang merupakan penganut atau berafliasi dengan jejaring wahabi. Untuk itu, para ulama dan masyarakat harus melakukan pengecekan secara detail jangan sampai nantinya wahabi tumbuh mekar di Aceh karena diback up oleh kekuasaan nantinya. Jadi, mulai dari saat pilkada ini ulama dan masyarakat ahlussunnah waljamaah harus bergerak mengantisipasi agar pemerintahan tidak dikuasai jejaring wahabi,” tegasnya.
Selain itu, Saiful juga berharap agar para ulama ahlussunnah waljama’ah menyampaikan kepada ummat islam di Aceh agar tidak mudah terpengaruh oleh paham wahabi.
“Jika kita membiarkan jejaring penganut wahabi mengambil alih kekuasaan, maka suatu hari perkembangan paham ini tak lagi bisa dibendung, dan perpecahan ummat semakin sulit dielakkan. Jadi ulama-ulama harus memantau perkembangan politik jelang Pilkada agar masyarakat selektif, jangan sampai memilih kandidat yang terindikasi korupsi, jangan sampai memilih kandidat yang berafliasi atau penganut paham wahabi,” katanya.
@sumber: FAB