Demen Rasuah tetapi wujudnya Agamis, Benarnya dimana?

SAFARUDDIN

- Redaksi

Selasa, 11 Maret 2025 - 00:31 WIB

207 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

TLii|ACEH|SAMUDERA PASE-Mukaddimah
Bismillahhirrahmanirrahim, Alhamdulillah, saya ambil pendekatan rasuah untuk mengeliminasikan kata-kata bijak melankolis superioritas narsistik yaitu KORUPSI, jadi tertantang sedemikian rupa, sirkus abadi di negeri +62 ini, kadang kala perlu kita beri senyuman untuk menghormati badut-badut yang tak tahu malu dengan rompi oranye, kedepannya bisa kita usul jangan pakai rompi atau baju lagi cukup telanjang dada aja, itu halu tingkat tinggi.
Sebelum kita masuk kedalam dunia dalam berita, perlu kita pastikan satu definisi yang bisa diterima oleh satu pihak saja, RASUAH dikenal tindakan yang jelas merugikan masyarakat dan melanggar hukum. Namun, ironisnya, banyak pelaku rasuah yang juga menunjukkan sisi agamis dalam kehidupan sehari-hari. Mereka rajin beribadah, berdonasi ke tempat ibadah, bahkan mengajak orang lain untuk berbuat baik. Pertanyaannya, bagaimana seseorang bisa tampak agamis tetapi tetap melakukan rasuah? habis pikir saya…..
_Allahumma shalli alaa Muhammadin ‘abdika warasulika nabiyyil ummi wa’alaa aalihii wa sallim._

*Agama sebagai Simbol, Bukan Esensi*
Banyak orang memahami agama hanya sebatas ritual dan identitas sosial. Mereka berpikir bahwa beribadah secara rutin sudah cukup untuk dianggap sebagai orang baik, meskipun dalam kesehariannya melakukan praktik yang bertentangan dengan nilai moral agama itu sendiri. Ini mencerminkan fenomena “split personality” dalam kehidupan sosial: satu sisi ingin dianggap suci, sisi lain tetap melakukan hal-hal yang merugikan banyak orang, dan sakitnya tidak terasa sakit, cadas menuju #konohagelap

*Penyimpangan Moral yang Dibenarkan*
Beberapa pelaku rasuah membangun justifikasi untuk tindakan mereka, seperti “Semua orang juga melakukan” Ini adalah bentuk dorongan merasionalisasi bahwa rasuah adalah sesuatu yang lumrah dan sulit dihindari, singkatnya kalian belum punya akses saja kedalam, jika terkoneksi sama juga dengan kami, itu pesan yang mereka ingin sampaikan dan terbaca. Justifikasi kedua “Saya juga membantu orang lain” ini bukan jiwa yang sakit tetapi semesta merestui, mereka merasa tindakan mereka tidak sepenuhnya salah karena mereka juga menyumbangkan sebagian hasil rasuah ke amal atau tempat ibadah, sampai sini mulai mendidih nalar kita, justifikasi lainnya “Tuhan Maha Pengampun” ini keyakinan bahwa Tuhan akan mengampuni dosa-dosa mereka asalkan tetap menjalankan ritual keagamaan, dahsyat ini pernyataan pengecut yang bersembunyi dengan ke Maha Pemurah-Nya Tuhan.

*Agamis Tapi Nir-Integritas*
Kehidupan agamis seharusnya tidak hanya mencerminkan ibadah ritual, tetapi juga bagaimana seseorang berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Jika seseorang rajin beribadah tetapi tetap rasuah, maka ada yang salah dalam pemahamannya tentang agamanya. Agamis sejati bukan sekadar tampilan luar, tetapi tentang bagaimana seseorang menjaga moralitas, kejujuran, dan keadilan, ini yang jauh juntrungannya.

Baca Juga :  Kemenkumham Terima Penghargaan Manajemen ASN dari BKN, Apresiasi atas Pengelolaan Disiplin dan Kompetensi

*Solusi untuk atasi fenomena waras*
Fenomena seseorang yang tampak agamis tetapi tetap melakukan rasuah menunjukkan adanya kesenjangan antara nilai-nilai agama dan perilaku sehari-hari. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan yang menyentuh aspek individu, masyarakat, dan sistem yang lebih luas. Pertama, melalui pendidikan moral dan agama yang menekankan integritas, jadi arahnya tidak hanya mengajarkan bahwa ibadah hanya soal ritual, tetapi juga tentang etika, kejujuran, dan tanggung jawab sosial. Kedua, dengan menanamkan pemahaman bahwa berbuat baik dan adil adalah bagian utama dari ajaran agama. Selanjutnya dengan membiasakan refleksi diri dan introspeksi agar seseorang benar-benar memahami esensi keimanan, bukan hanya sekadar tampilan luar.
Pada fase kedua, adanya peningkatan keteladanan dari pemimpin dan tokoh masyarakat, mudah-mudahan tercermin dari pemimpin agama dan masyarakat, sudah harus menjadi contoh teladan dalam menerapkan ajaran agama secara menyeluruh (kaffah kerennya), termasuk dalam menolak praktik rasuah. Selanjutnya dengan senantiasa memberikan edukasi melalui khotbah, ceramah, dan diskusi bahwa rasuah bukan hanya merugikan orang lain, tetapi juga merupakan bentuk penghianatan terhadap nilai-nilai agama, walaupun disumpah dengan kitab suci tetapi masih banyak yang tetap bergembira ria dengan rasuah berjamaah, selanjutnya dengan sikap menghargai pemimpin yang berintegritas dan tidak hanya yang menunjukkan kesalehan ritual semata, ini perlu waktu dan momentum yang tepat, untuk bisa jelas dan bukan hanya narsis.
Tahap selanjutnya sudah masuk pada perbaikan sistem dan pengawasan yang ketat, disini sudah berbicara sistem, harus sistemik, terukur dan masif, dengan membangun sistem yang transparan dan sulit ditembus oleh praktik rasuah, seperti digitalisasi semua layanan publik dari pusat sana hingga ke desa, dan juga pelaporan keuangan yang terbuka (bisa diakses siapa saja yang memiliki kepentingan prosesnya) serta perlunya sistem pengawasan yang melibatkan masyarakat luas. Selanjutnya memberikan sanksi yang tegas bagi pelaku rasuah tanpa memandang status sosial atau tingkat religiusitas mereka, kalau bisa tahap ini ikuti negara komunis, kalau perlu tembak setengah mati, kalau bisa, kalau tidak coba sedikit dipaksakan, selanjutnya memastikan bahwa lembaga keagamaan tidak pernah lagi menerima donasi dari hasil rasuah maupun narkotika dan harus bersikap tegas dalam menolak upaya pencucian uang melalui kegiatan amal.
Fase berikutnya dengan membangun budaya sosial yang anti-rasuah dari semua sisi, awali dengan menjadikan integritas sebagai bagian dari budaya kerja dan kehidupan sosial, ini bisa dimulai dari keluarga, sistem terkecil yang mudah kita praktikkan dan diawasi serta monitoring dengan leluasa, selanjutnya kita juga harus mendorong keterbukaan dan keberanian masyarakat untuk melaporkan praktik rasuah tanpa rasa takut baik intimidasi dan rongrongan penguasa. Kita juga harus segera menghentikan kebiasaan “memaklumi” atau “memaafkan” rasuah dengan alasan bahwa pelakunya rajin beribadah atau suka bersedekah (Berkedok agamis).
Tahap akhir, picu untuk kesadaran individu harus bertanggung jawab secara moral, dengan mendorong setiap individu untuk tidak hanya beribadah secara ritual, tetapi juga menerapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Saling mengingatkan bahwa kekayaan yang diperoleh secara tidak halal tidak akan membawa keberkahan, baik bagi diri sendiri maupun keluarga, ini penting karena sudah menjadi tabu untuk dibincangkan, akhirnya dengan membangun kebiasaan evaluasi diri dan mengingat konsekuensi moral serta sosial dari perbuatan yang tidak jujur.

Baca Juga :  Pastikan Keamanan dan lancarnya acara, Polres Pidie Jaya Siagakan Personel di Kuta Krueng

*Kesimpulan*
Mengatasi fenomena “demen rasuah tetapi agamis” bukan hanya soal memperbaiki individu, tetapi juga membangun sistem dan budaya yang tidak memberi ruang bagi rasuah. Religiusitas sejati bukan hanya soal ibadah, tetapi juga bagaimana seseorang hidup dengan nilai-nilai moral yang benar. Jika agama benar-benar dijadikan pedoman hidup, maka tidak akan ada ruang bagi rasuah, berapa pun besarnya peluang yang ada. Tidak ada kebenaran dalam fenomena tersebut, Religiusitas yang sejati adalah tentang integritas, bukan sekadar menjalankan ibadah tetapi juga menerapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Jika seseorang benar-benar religius, maka mereka akan menjauhi rasuah, bukan mencari pembenaran untuk melakukannya.

Sebelum kami tutup, ingin berbagi dua pantun, sebagai berikut :
Pagi cerah burung berkicau,
Terbang riang di dahan waru.
Rasuah tumbuh negeri pun kacau,
Hukum Tuhan pasti berlaku.

Matahari terbit indah berseri,
Hangat sinarnya menyapa ladang.
Hindari rasuah wahai bidadari,
Jalan selamat penuh dengan terang.

_Wallahul muwaffiq ila aqwamit-thariiq, billahi fii sabililhaq fastabiqul khairat_
Samudera Pase, 10 Maret 2025/ 10 Ramadhan 1446 H

*Adhifatra Agussalim, CIP, CIAPA, CASP, CPAM, C.EML

Praktisi Internal Auditor, aktif sebagai Sekretaris DPW Sekber Wartawan Indonesia (SWI) Provinsi Aceh, dan sebagai Kaperwil pada media filesatu.co.id, telah memiliki Certified Audit SMK3 Professional (CASP), Certified Professional Audit Manager (CPAM), Certified Internal Auditor Professional Advance (CIAPA), Certified Ilmu Philosophy (CIP), Sertifikat Kompetensi UKW Wartawan Muda dan juga tergabung sebagai Member of The Institute of Internal Auditors (IIA) Indonesia, Associate member Institute of Compliance Professional Indonesia (ICOPI), Member of Indonesia Risk Management Professional Association (IRMAPA) dan aktif dibeberapa komunitas penulis seperti Rumah Produktif Indonesia (RPI) dan juga Komuniti Antologi Secawan Kopi Selangor Darul Ehsan, Malaysia, serta Bengkel Narasi Dili, Timor Leste.

Oleh : Adhifatra Agussalim

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Panitia dan Khatib Masjid Silaturahmi Dengan Tim Safari Ramadhan Kabupaten di Masjid Tgk. Dipucok Krueng Beuracan
Lagi, Kapolres Pidie Jaya dan Polsek Bandar Dua Berbagi Takjil, Wujudkan Ramadhan yang Penuh Kepedulian
HIMABIS Unimal Berbagi di Hari Ke-10 Ramadan, Wujud Kepedulian di Bulan Penuh Berkah
Polres Pelabuhan Belawan Gerebek Sarang Narkoba di Desa Manunggal, Amankan Pengedar dan Pengguna Pil Ekstasi
Kapolres Pidie Jaya Safari Subuh di Masjid Bersejarah, Masjid Tgk Di Pucok Krueng Beuracan,: Pererat Silaturahmi dan Jaga Kamtibmas di Bulan Suci
Polda Sumut Gagalkan Penyelundupan 56 Kg Sabu di Jalur Aceh-Medan, Satu Pelaku Kabur
Kepala Desa Ulun Tanoh dan Masyarakat Kuta Panjang Sambut TIM Safari Ramadhan Pemkab Gayo Lues
Gedung Polda Banten Kebakaran, 6 Unit Damkar Dikerahkan

Berita Terkait

Senin, 10 Maret 2025 - 23:18 WIB

Puluhan Napi Kabur Jelang Waktu Buka Puasa Kutacane Aceh

Senin, 10 Maret 2025 - 22:35 WIB

Usulan Ran-Perwal Disahkan, APBK Langsa Tahun 2025 Segera Ditetapkan

Senin, 10 Maret 2025 - 22:06 WIB

HUT ke-26 Kabupaten Toba, Bupati Sampaikan Persaudaraan dan Kolaborasi

Senin, 10 Maret 2025 - 21:32 WIB

Tabur Kebaikan Bulan Ramadhan, Kapolres Pematangsiantar Berbagai Takjil kepada Masyarakat

Senin, 10 Maret 2025 - 20:51 WIB

Dugaan Pungutan Liar oknum imigrasi Kepada Penumpang Di Pelabuhan Teluk Nibung Tanjungbalai Asahan

Senin, 10 Maret 2025 - 19:33 WIB

Tegaskan Transparansi, Polda Sumut Ungkap Fakta di Balik Isu Setoran Narkoba

Senin, 10 Maret 2025 - 19:31 WIB

Warga Desa Mbak Sako Ucapkan Terimakasih Kepada Pangdam IM Atas Bantuan Keramik Meunasah.

Senin, 10 Maret 2025 - 18:25 WIB

Lapas Kelas I Medan Ikuti Zoom Meeting Penguatan Tugas dan Fungsi Pembinaan Narapidana dan Anak Binaan

Berita Terbaru

AGAMA

Demen Rasuah tetapi wujudnya Agamis, Benarnya dimana?

Selasa, 11 Mar 2025 - 00:31 WIB

Exit mobile version