TIMELINE INEWS | Lhokseumawe Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Malikussaleh (BEM FISIP UNIMAL) menggelar Aksi simbolik guna memperingati september hitam pada kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) 2023 di Kampus Unimal Bukit Indah. (Kamis, 31/08/2023) lalu
Dalam aksi tersebut Ibnu Ghibthah sebagai Mentor Panggung Utama menyampaikan tentang “Keadilan untuk Korban dan Pembela HAM” di Indonesia, khususnya di Aceh yang tak kunjung tuntas.
“Masih teramat banyak dosa negara kepada RAKYAT-Nya, penuntasan hingga JANJI-JANJI selalu menjadi alat untuk berlindung diri pada elit penguasa. Penghilangan paksa Aktivis,Tragedi Rumah Geodong, Simpang KKA, jambo keupok, Pembunuhan Munir, marsinah hingga hilangnya Widji Thukul, dan masih banyak lagi tragedi tragedi pelanggaran ham yang terjadi di negara indonesia sampai saat ini. Apa langkah yang diambil oleh Pemerintah menuju September Hitam? Apakah menebus dosa-dosa lama atau membuat dosa baru yang kita tidak pasti tahu kapan datangnya.” tegas Ibnu
Sejalan dengan itu Yose Pratama Syahputra selaku Sekretaris Umum BEM FISIP juga menambahkan beberapa kalimat untuk mendukung Aksi Simbolik ini.
“Mahasiswa hanya ingin memastikan bahwasannya beberapa tahun kedepan, kebijakan-kebijakan yang dihasilkan adalah kebijakan yang berpihak pada rakyat dan pada nilai kemanusiaan. Walaupun langit akan runtuh, keadilan harus ditegakkan. Dua kata, satu perjuangan: Hidup Mahasiswa. Tiga kata, satu tujuan: Hidup Rakyat Indonesia” pungkas Yose
Kemudian, Muhammad Syahpoetra selaku Ketua BEM FISIP juga mengatakan “Aksi simbolik dalam memperingati september hitam ini adalah suatu upaya yang disusun sebagai pedoman pelaksanaan penghormatan, perlindungan, pemajuan dan pemenuhan Hak Asasi Manusia (HAM) yang menjadi tanggung jawab dan kewajiban Negara bagi Warga Negara”.
Melalui aksi simbolik tersebut Syahpoetra bersama seluruh elemen – elemen Mahasiwa FISIP UNIMAL berharap pelanggaran – pelangaran HAM yang terjadi di Indonesia terkhusus di Aceh dapat terselesaikan dengan baik.
Aksi tersebut ditutup dengan menyanyikan lagu Darah Juang sebagai bentuk perlawan terhadap pelanggaran HAM di Indonesia. (Rasyid)
Penulis : Irfan Rasyid