Ikan Asin, Antara Tradisi dan Usaha Untuk Menopang Hidup Warga Pusong

Zul

- Redaksi

Rabu, 19 Februari 2025 - 19:40 WIB

20153 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Proses proses penjemuran oleh warga penggelut usaha ikan asin di gampong pusong (Foto ; Istimewa)

TIMELINES INEWS | LANGSA

Kota Langsa – Matahari baru meninggi, tapi panasnya sudah cukup membakar kulit. Di Gampong Pusong, Kecamatan Langsa Barat, aroma ikan rebus bercampur asap kayu bakar menyeruak ke udara, menusuk indra penciuman siapa saja yang datang.

Pulau kecil ini terpisah dari Kota Langsa. Untuk mencapainya, harus menumpang kapal nelayan atau kapal trip yang bergoyang mengikuti gelombang.

Setibanya di sana, pemandangan khas menyambut: deretan jaring besar dipenuhi ikan yang dijemur, pekerja yang mondar-mandir mengangkat ember, dan tungku-tungku besar yang terus menyala.

Di tengah kesibukan itu, seorang gadis belia tampak tak segan turun tangan. Nyak Puan Islami, atau akrab disapa Inyak, mengangkat ikan dari dandang besar dengan wajah lelah.

Nyak Puan Islami foto bersama Pengusaha Ikan Asin, Mustafa ( Suami dari Murni).

“Kerja di sini bukan soal kuat atau tidak, tapi harus tahan banting. Dari pagi, sampai pagi lagi,” katanya, sembari menyeka peluh di dahinya.

Baca Juga :  680 Liter Pertalite Diamankan, Sat Reskrim Polres Subulussalam Tangkap Seorang Pria Diduga Lakukan Penyalahgunaan BBM 

Pekerjaan ini bukan sekadar rutinitas bagi warga Pusong, tapi soal bertahan hidup. Mustafa (52) dan istrinya, Munri (50), telah puluhan tahun menjalankan usaha ikan asin di sini.

Mereka bukan hanya menggantungkan nasib pada bisnis ini, tetapi juga memberi lapangan pekerjaan bagi ibu-ibu rumah tangga yang suaminya pergi melaut.

Tapi di balik usaha mereka, ada satu hal yang mengusik hati Inyak. Bukan Mustafa atau Munri yang mengatur pemasukan dan pengeluaran usaha, melainkan anak mereka, Musyaira (17).

“Ayah sama ibu nggak sekolah, jadi saya yang pegang uang,” kata Syaira, sambil sibuk mencatat angka di buku kas lusuhnya.

Di sudut pondok kayu, Syaira duduk membolak-balik catatan keuangan. Ia masih remaja, tapi sudah menanggung beban besar.

“Kalau nggak ada pencatatan, kami bisa rugi. Pernah dulu, uang habis begitu saja karena nggak dihitung baik-baik,” tuturnya.

Sementara Mustafa terus menumpuk kayu bakar ke dalam tungku, Munri mengaduk ikan dalam perebusan. Wajahnya terlihat lelah, tapi tangannya tetap cekatan.

Baca Juga :  AYO KE TPS : Jangan Golput

“Harga garam naik terus, ikan juga nggak selalu ada. Kadang sudah susah payah kerja, untungnya cuma cukup buat makan,” keluhnya.

Di tengah keringat dan bau asin yang pekat, satu pertanyaan menggantung di benak: sampai kapan mereka harus bertahan sendiri?

Usaha yang diwariskan turun-temurun ini perlahan tergerus.

Tak ada modal tambahan, tak ada bantuan peralatan, bahkan infrastruktur pun minim. Jika hujan turun, jalanan berubah menjadi kubangan, memperlambat pengeringan ikan dan mengancam kualitas hasil produksi.

Inyak hanya bisa menghela napas. “Mereka butuh lebih dari sekadar janji. Kalau pemerintah peduli, harus ada akses modal, dukungan infrastruktur, dan pasar yang jelas. Kalau tidak, tradisi ini akan mati perlahan,” katanya.

Pusong bukan sekadar penghasil ikan asin. Ia adalah wajah ketahanan dan kerja keras yang berlumur keringat dan garam.

Namun, jika tak ada tangan yang membantu, kelak yang tersisa dari pulau ini hanyalah cerita tentang tempat yang pernah memberi rasa asin terbaik bagi dunia.

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Pangdam IM inisiasi Renovasi Makam Pahlawan Nasional Teuku Umar.
SENATOR BABEL BAHAR BUASAN GELAR SOSIALISASI 4 PILAR BERSAMA GENERASI MUDA
Menuju PAUD Berkualitas HIMPAUDI Gelar Muswil lV
Persempit Ruang Gerak Peredaran Narkoba,Polres Pematangsiantar Tangkap Seorang Warga Jalan Singosari Diduga Edarkan Sabu
Mantan TNI AL Diduga Bandar Narkoba Polisi Temukan 10 Bungkus Sabu Dan Ratusan Peluru
Pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur Sulteng: Era Baru Pembangunan Dimulai
Bentrok Sesama Penggarap lahan Di Selambo Desa Amplas Deli Serdang, Seorang polisi Hampir Menjadi Korban
HOROR Pintu Gerbang Perbatasan Sulawesi Tengah-Sulawesi Selatan di Pamona Selatan, Kabupaten Poso, Tergelincir ke dalam Keterlantaran

Berita Terkait

Sabtu, 22 Februari 2025 - 09:46 WIB

HOROR Pintu Gerbang Perbatasan Sulawesi Tengah-Sulawesi Selatan di Pamona Selatan, Kabupaten Poso, Tergelincir ke dalam Keterlantaran

Sabtu, 22 Februari 2025 - 08:31 WIB

Upaya Mediasi Gugatan Lingkungan Hidup Walhi Sulteng Gagal, Persidangan Berlanjut

Sabtu, 22 Februari 2025 - 08:11 WIB

Kesederhanaan Wakil Bupati Tolitoli Moh Besar Bantilan Usai Pelantikan di Istana Negara

Sabtu, 22 Februari 2025 - 07:55 WIB

Hadianto Rasyid dan Imelda Liliana Muhidin Resmi Dilantik sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Palu

Sabtu, 22 Februari 2025 - 07:47 WIB

Polres Poso Ungkap Kasus Peredaran dan Penyalahgunaan Narkoba di Lapas Kelas II B Poso

Kamis, 20 Februari 2025 - 13:07 WIB

Kepala Rutan Poso Lakukan Silaturahmi ke Polres Poso, Perkuat Sinergi Keamanan

Selasa, 18 Februari 2025 - 20:51 WIB

Rutan Poso Intensifkan Pengawasan dengan Penggeledahan Blok Hunian dan Tes Urine Rutin

Senin, 17 Februari 2025 - 11:28 WIB

Pemuda di Morowali Kepergok Curi LPG 3 Kg, Pura-pura Pingsan

Berita Terbaru

Mayor Jenderal TNI Niko Fahrizal, M.Tr. (Han), kepada Danrem 012/TU, untuk merenovasi sejumlah fasilitas di Kompleks Makam Pahlawan Nasional Teuku Umar yang terletak di Desa Mugo Rayeuk, Kecamatan Panton Reu, Kabupaten Aceh Barat

ACEH BARAT

Pangdam IM inisiasi Renovasi Makam Pahlawan Nasional Teuku Umar.

Sabtu, 22 Feb 2025 - 15:16 WIB

KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

SENATOR BABEL BAHAR BUASAN GELAR SOSIALISASI 4 PILAR BERSAMA GENERASI MUDA

Sabtu, 22 Feb 2025 - 14:36 WIB

Menuju PAUD Berkualitas HIMPAUDI Gelar Muswil lV

ACEH

Menuju PAUD Berkualitas HIMPAUDI Gelar Muswil lV

Sabtu, 22 Feb 2025 - 11:40 WIB