TIMELINES INEWS>> Serang – Sebagian dari ribuan bahasa daerah yang tersebar di 39 provinsi di Indonesia telah hilang. Penyebabnya, lantaran tidak lagi digunakan oleh masyarakat, seiring perkembangan zaman.
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI, Imam Budi Utomo, mengatakan bahwa pihaknya saat ini tengah menjalankan program prioritas untuk menjaga dan melestarikan bahasa daerah yang kini mulai terancam melalui revitalisasi bahasa daerah.
“Memang ini menjadi program prioritas dari kami. Karena saat ini Indonesia darurat dalam penggunaan bahasa daerah,” ujarnya
Dijelaskan Imam, terdapat program-program yang akan dilakukan oleh pihaknya untuk perlindungan bahasa dan sastra daerah di Banten, khususnya yang berada di Kota Serang dengan melakukan revitalisasi bahasa daerah.
“Dengan sasaran generasi muda. Mulai dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama. Karena itu usia yang tepat, dan menjadi harapan kami,” katanya.
Menurutnya, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata masyarakat saat ini tidak lagi menggunakan bahasa daerahnya di dalam lingkungan keluarga.
Kondisi itu dinilai cukup mengkhawatirkan. Karena, dari jutaan keluarga di Indonesia, sekitar 38 persennya tidak lagi menggunakan bahasa daerah. Mereka justru lebih memilih bahasa lainnya.
“Pada sensus penduduk yang dilakukan BPS, anak-anak Indonesia di dalam keluarganya, tinggal 62 persen yang masih menggunakan bahasa daerah. Artinya, ada 38 persen yang tidak lagi menggunakan bahasa daerah, dan ini kondisi yang sangat mengkhawatirkan,” ucapnya.
Untuk itu, Kemendikbudristek RI membuat dan menggalakkan kembali sejumlah program yang berkaitan dengan bahasa daerah, sebagai upaya pelestarian dan menjaga kearifan lokal di masyarakat.
“Program revitalisasi bahasa daerah ini kami laksanakan di 38 provinsi, dengan sasaran bahasa sebanyak 97 persen, mulai dari Papua Selatan sampai Provinsi Aceh,” ujarnya.