TIMELINES INEWS MEDAN – Cahaya kemilau dengan paduan warna-warni, menjadi pemandangan menarik saat memasuki tahun baru imlek. Seperti tahun ini, perayaan imlek 2576 Kongzili, juga diwarnai dengan pancaran lampion, baik di tempat ibadah seperti vihara dan klenteng, maupun lokasi yang menjadi titik keramaian orang berkumpul saat memasuki tahun baru Imlek.
Tak jauh dari pusat kota, berdiri sebuah Vihara Maha Maitreya yang berada di Jalan Cemara Boulevard Utara, komplek Perumahan Cemara Asri Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Di salah satu vihara terbesar se Asia Tenggara inilah, terlihat Pancaran ribuan lampion dengan berbagai macam warna bertuliskan aksara Tionghoa, khususnya di malam hari.
Ibadah umum pada perayaan Tahun Baru Imlek 2025 di Maha Vihara Maitreya yang dihiasi 5.000 lampion akan berlangsung sejak pukul 07.00 WIB pagi hingga malam hari.
Maha Vihara Maitreya merupakan vihara terbesar di Indonesia. Vihara ini dibangun pada 1991 dan diresmikan pada 21 Agustus 2008. Maha Vihara Maitreya dapat menampung lebih dari 5.000 umat Buddha untuk beribadah.
Tahun ini, aksesoris 5.000 lampion yang menggantung di balik kemegahan Vihara Maitreya, menjadi simbol kebahagiaan dan sukacita bagi umat Buddha pada perayaan imlek. Jajaran lampion menggantung tepat di pelataran vihara yang menjulang hingga anak tangga.
Yu Min, salah satu umat Buddha yang saat ini sedang menjalankan ritual ibadah di Vihara Maha Maitreya juga mengatakan kekagumannya.“Semoga lampion ini menandakan cita-cita kita tercapai. Ini memang semakin banyak saya lihat dari tahun kemarin,” katanya.
Yu Min yang datang bersama istri dan anak-anaknya itu, berharap dibalik indahnya warna lampion yang terpancar, bisa menyebarkan benih kesuksesan hidup bagi ia dan keluarganya. “Semoga di tahun ini, dengan shio ular kehidupan kita jauh lebih baik. Untuk keluarga, semoga yang kita laksanakan semuanya selalu lancar,” ujar Yu Min.
Sementara Perwakilan pengurus Vihara Maha Maitreya, Dicky Paskarianto mengatakan makna dari ribuan lampion adalah harapan agar kesuksesan seseorang terus hidup seperti cahaya lampion.
“Itu sepertinya setiap tahun baru ada lampion terus. Ini ada ribuan sih. Itu ada juga kertas doa-doa. Jadi kalau warna-warna itu supaya varian aja sih,” kata Dicky.
Tahun ini, pihak yayasan juga membuka donasi bagi masyarakat yang ingin menyumbang untuk pemasangan tiap lampion. Meski biayanya tidak murah, antusias masyarakat khususnya umat Buddha begitu tinggi. “Pemasangan lampion itu kita ada sukarelawan sekitar belasan orang. Kalau untuk lampunya itu sendiri kita beli,” ucapnya.