TLii | ACEH | BIREUEN – Dua dekade setelah perdamaian Aceh diteken, masih banyak eks kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang hidup dalam kemiskinan ekstrem. Salah satunya adalah Asnawiyanto M. Nasir, yang dikenal semasa perjuangan dengan nama Kolonel. Pria berusia 38 tahun ini tinggal di rumah tak layak huni di Uteun Bunta, Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen, bersama istri dan tiga anaknya.
Kondisi rumah yang dihuni keluarga Kolonel jauh dari kata layak. Dinding rumahnya terbuat dari papan lapuk dan anyaman daun kelapa, sementara atap seng bekasnya bocor di berbagai bagian. “Beginilah kondisi ‘istana’ kami. Kami tetap bersyukur, setidaknya masih bisa berteduh dari panas dan hujan,” ucapnya, Senin (18/11/2024).
Selain tempat tinggal yang memprihatinkan, Kolonel juga harus berjuang memenuhi kebutuhan dapur sehari-hari. “Jangankan untuk membangun rumah, buat makan sehari-hari saja sangat susah,” tuturnya lirih.
Tantangan yang dihadapi Kolonel semakin berat karena anak keduanya, Muhammad Rizki, menderita kelainan tulang belakang. Kondisi ini membuat punggung anak yang masih duduk di kelas 3 SD itu terus membesar. “Kami hanya bisa pasrah melihat kondisi anak kami yang nomor dua,” ungkap Kolonel, didampingi istrinya, Safrinawati.
Kehidupan sulit ini semakin kontras jika dibandingkan dengan beberapa mantan kombatan lain yang kini hidup mapan. Kolonel mengaku, sejak berakhirnya konflik, ia belum mendapat dukungan berarti untuk membangun kehidupannya kembali.
Keterbatasan di Segala Bidang
Keluarga Kolonel menghadapi keterbatasan di hampir semua aspek kehidupan, termasuk makanan, air bersih, kesehatan, tempat tinggal, pendidikan, dan akses informasi. Anak sulungnya, Muhammad Fadir, baru masuk kelas 1 SMP, sedangkan anak bungsunya, Syuhada, masih berusia 1 tahun.
Kondisi seperti ini menyoroti kegagalan sebagian program rehabilitasi dan reintegrasi pascakonflik untuk menjangkau seluruh mantan kombatan dan keluarganya. Banyak dari mereka yang masih terpinggirkan, hidup tanpa jaminan dasar yang layak.
Harapan untuk Perubahan
Kisah Kolonel menjadi cermin bahwa perdamaian Aceh belum sepenuhnya membawa kesejahteraan bagi semua pihak. Diperlukan langkah nyata dari pemerintah, lembaga sosial, dan masyarakat untuk memastikan bahwa keluarga-keluarga seperti milik Kolonel dapat keluar dari jerat kemiskinan.
Program rehabilitasi sosial, perbaikan rumah, akses pendidikan, kesehatan, dan pelatihan keterampilan menjadi kebutuhan mendesak. Hanya dengan keadilan sosial yang merata, cita-cita perdamaian sejati dapat terwujud.
Untuk informasi lebih lanjut atau jika ingin membantu Kolonel, kunjungi situs resmi AcehGround
di www.acehground.com.